Demi KAA dan Rekor Dunia

[tie_list type=”minus”]Panitia Catat Hingga 20.704 Orang [/tie_list]

BANDUNG WETAN – Kemeriahan Angklung For The World di Stadion Siliwangi Bandung, sekilas sirna. Hal ini terjadi karena banyaknya siswa yang tumbang karena pingsan kepanasan. Sebanyak 65 orang siswa dilaporkan mengalami sakit saat acara pemecahan rekor dunia bermain angklung tersebut.

’’Dua orang sudah dirujuk ke Rumah Sakit Halmahera karena terindikasi asma,’’ ujar Ace Kusnadi, wakil Sekretaris PMI Kota Bandung kepada wartawan, kemarin.

Dia mengatakan, penyebab tumbangnya para siswa tersebut terjadi karena teriknya matahari. Kemudian, kondisi siswa yang sebagian besar belum sarapan.

Dia menyatakan kebanyakan korban yang dilarikan ke posko kesehatan adalah perempuan pelajar smp dan sma. ’’Mereka kepanasan dan kelelahan,serta belum sarapan. Lihat saja kerumunan orang berdesakan seperti itu,’’ ungkap dia.

Mengantisipasi hal ini, dua orang siswa yang mengalami asma sedang dirujuk ke Rs Halmahera. Sedangkan, 63 siswa yang kelelahan diistirahatkan di posko utara.

’’Kami sudah dapat pernyataan lisan dari Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Bandung supaya korban dirujuk ke Rs Halmahera karena itu adalah rumah sakit yang terdekat,’’ bebernya.

Seorang siswa dari SMPN 4 Bandung, Imam Nugraha Faisal, 13, mengaku lelah menunggu acara pemecahan main angklung 20.000 orang tersebut. Dia dan rombongan siswa SMPN 4 sudah menunggu selama dua jam namun sampai pukul 09.47 acara puncak belum saja dimulai.

’’Sudah nunggu dua jam lebih, panas kaya dijemur di tengah lapang. Sudah nggak sabar pengen main angklung,’’ ungkap dia.

Sementara itu, ada pula kesulitan yang dialami 4.000 siswa penyandang disabilitas se-Jawa Barat yang ikut memeriahkan acara pemecahan rekor dunia 20.000 angklung.

Menurut Bayu Martianto selaku staf Ketenagaan di Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC), sebanyak 4.000 siswa disabilitas ini didampingi oleh 8.000 guru. ’’Kita harus tahu, bahwa penyandang disabilitas ini harus selalu didampingi oleh gurunya. Apalagi di tengah ribuan orang seperti ini, khawatir ada yang terpisah,’’ jelas dia.

Namun ada beberapa hal yang menjadi catatan, katanya, dia mendapat keluhan dari anak-anak asuhnya. Banyak anak asuhnya yang mengalami kepanasan. ’’Mereka kepanasan, karena tidak disediakan tenda khusus untuk berteduh, apalagi acaranya lama,’’ ujar dia.

Tinggalkan Balasan