Bisa Mengurangi Pencemaran ke Sungai
SOLOKAN JERUK – PT Secotektile Indonesia di Jalan Sapan, Kampung Lalareun RT 03/RW 03 Desa Rancakasumba, Kecamatan Solokanjeruk, dipilih menjadi pilot project percontohan mesin daur ulang air limbah pabrik. Penanggulangan limbah itu sendiri bagian dari kerjasama pengusaha Korea bersama Universitas Parahyangan.
Wakil Dekan Fakultas Teknik Unpar Bandung Doddi Yudianto, Ph.D., mengatakan, perakitan mesin daur ulang limbah pabrik ini dibuat bertujuan untuk meminimalisir pembuangan limbah pabrik oleh perusahaan. Mesin daur ulang pengolahan air limbah pabrik ini, sementara dirancang untuk mesin daur ulang pengolahan air limbah sisa produksi mesin tekstil yang nonwarna. ’’Jika kalau percobaan mesin ini berhasil, maka selanjutnya akan dirancang mesin pengolah air limbah yang berwarna,” kata Dodi kepada wartawan, belum lama ini.
Menurutnya, pengolahan air limbah pabrik yang kembali didaur ulang, diharapkan bisa digunakan kembali, tanpa dibuang ke sungai. ’’Air limbah dari sisa operasional pabrik tekstil ini tidak langsung terbuang ke sungai. Melainkan bisa dimanfaatkan kembali setelah melewati proses pengolahan,’’ ucapnya.
Kata Dodi, mesin pengolahan daur ulang air limbah industri tekstil ini, bukan air pewarna yang tercemar dari sisa pencelupan benang atau kain. Melainkan dari sisa pengolahan produksi tekstil lainnya yang banyak menggunakan air.
Dodi menambahkan, mesin daur ulangan pengolahan air limbah itu sendiri didesain dan dibuat di Korea. Setelah berhasil digunakan di sana, kemudian mesin tersebut dirangkai di Indonesia dengan didampingi mekanik dari korea. Mesin ini dibuat khusus, peruntukan bagi perusahaan tektil.
’’Dulu kondisi di korea, sama persis yang terjadi saat ini di Indonesia. Dengan adanya mesin ini, perlahan tapi pasti, persoalan limbah yang berada di korea bisa diatasi dengan baik. Dengan dibawanya mesin dari Korea ke Indonesia, berarti Korea punya perhatian tentang kondisi sungai di Indonesia. Khususnya di Jabar yang tercemar disebabkan limbah industri,’’ ucapnya.
Menurut Dodi, harga satuan mesin ini bisa mencapai Rp 300 juta. Angka tersebut, jika pembuatannya di Korea. Keunggulan dari mesin ini, kata Dodi, dapat menurunkan PH (keasaman air) antara 7-8. Pemanfaatan mesin pengolah air limbah ini lebih efektif, seperti halnya yang sudah dilaksanakan di Korea. Sementara di Indonesia, untuk pengolahan air limbah itu masih menggunakan teknologi konvensional. (gun/rie)