Di sisi lain, pihak Australia masih belum terlihat memberikan respon terhadap aksi tersebut. Dalam pantauan wartawan terhadap situs resmi PM Australia, Abbott sama sekali tak membahas soal kasus Bali Nine. Baik dalam pidato maupun wawancara doorstop. Pernyataan resmi terakhirnya tercatat pada tanggal 20 Februari saat wawancara doorstop di Adelaide, Australia.
’’Saya tidak mau membicarakan detil siapa yang bicara ke siapa. Saya hanya ingin memastikan bahwa kami tidak akan berhenti melakukan segala cara untuk mengindarkan eksekusi mati ini. Poin yang saya terus ungkapkan adalah keputusan untuk melanjutkan eksekusi tak sesuai dengan keinginan dan nilai terbaik Indonesia,’’ ungkapnya.
Upaya wartawan ingin meminta tanggapan kepada perwakilan pemerintah Australia pun sia-sia. Sekretaris Pertama (Humas) Kedutaan Besar Australia Laura Kemp belum mau memberikan tanggapan resmi terhadap isu tersebut. ’’Kami tidak mempunyai komentar,’’ ujarnya dalam pesan singkat.
Lalu, bagaimana drama tersebut akan berakhir? Pengamat Hubungan Internasional (HI) Dinna Wisnu mengatakan, reaksi yang dilakukan oleh rakyat Indonesia sangat wajar. Dari sisi diplomasi, pernytaan Australia yang terus menyebutkan sebuah bantuan kemanusian memang tak pantas.
’’Harus dipahami bahwa orang Indonesia tidak terbiasa menerima ceplas-ceplosnya orang Australia. Apalagi, perkataan seperti itu soal bantuan asing. Negara manapun pasti tersinggung,’’ terangnya.
Namun, lanjut dia, dia sangat menyayangkan kedua pemerintah yang malah terbawa arus keadaan. Seharusnya, pemerintah Indonesia melakukan dialog dan memberikan penjelasan yang lebih peka soal hukuman mati. Di sisi lain, Abbott harusnya lebih luwes dalam melakukan pernyataan untuk mencegah situasi memanas.
’’Publik harus waspada kalau sudah terjadi perang kata dan tektok di media. Kalau tidak dicegah di tingkat elit politik, kondisi ini bisa buat runyam relasi antar individu. Kan masih kasihan WNI yang kuliah atau bekerja di sana juga warga negara Australia yang tinggal di sini. Namanya tetangga itu saudara dekat. Seburuk-buruknya hubungan, jangan sampai mengorbankan perasaan, keamanan, dan penghidupan rakyat masing-masing negara,’’ terangnya. (bil/tam)