BANYUWANGI – Untuk memaksimalkan pelayanan kepada pengguna jasa penyeberangan, PT ASDP Indonesia Ferry (IF) Ketapang meluncurkan pembayaran tiket nontunai. Walau sudah diluncurkan sejak 2013, fasilitas itu belum berjalan maksimal.
Pengguna lebih banyak menggunakan uang tunai untuk membeli tiket kapal penyeberangan. Padahal, pembayaran tiket nontunai tersebut lebih praktis dan lebih cepat.
Manajer Operasional PT ASDP IF Ketapang Saharrudin Koto mengatakan, pembayaran nontunai belum maksimal karena masyarakat belum banyak mengetahui. ”Ya, masih belum maksimal. Pihak vendor penyedia fasilitas itu juga belum melakukan sosialisasi,” ujarnya kemarin.
Saharrudin menjelaskan, sejak diluncurkan, pembayaran nontunai di loket masih masuk proses uji coba. Pihaknya juga akan mengevaluasi lagi pembayaran nontunai tersebut. ”Insya Allah, tahun ini harus mulai jalan. Tapi, masih belum tahu kapan persisnya,” terang dia.
Fasilitas pembayaran nontunai itu bekerja sama dengan sebuah bank BUMN. Untuk pembayaran nontunai, para pengguna jasa tidak perlu memasukkan PIN saat transaksi. ”Jadi, pengguna tinggal menempelkan kartu. Tidak perlu memasukkan PIN. Saldo di dalam kartu itu maksimal Rp 1 juta,” jelasnya.
Menurut Saharrudin, dengan adanya pembayaran nontunai tersebut, pelayanan di ASDP lebih maksimal. Ke depan, pembayaran tunai akan dihapus untuk mempercepat layanan loket di ASDP Ketapang. ”Jadi, masyarakat ataupun pegawai loket tidak disibukkan dengan uang kembalian tiket,” ucapnya.
Saharrudin menambahkan, layanan pembayaran nontunai itu masih belum diterapkan di seluruh ASDP di tanah air. Pelabuhan Penyeberangan Ketapang–Gilimanuk dijadikan percontohan pembayaran nontunai. ”Yang punya alat itu baru Pelabuhan Penyeberangan Ketapang–Gilimanuk dan Pelabuhan Merak–Bakauheni,” pungkasnya. (tfs/afi/c9/dwi/hen)