Jalur Cicalengka-Majalaya Terendam

Warga Minta Perbaikan Aliran Sungai

CIKANCUNG – Guyuran hujan terus melanda kawasan wilayah timur Kabupaten Bandung. Hal itu membuat beberapa ruas jalan terendam air. Seperti yang terjadi di Jalan Raya Cicalengka–Majalaya KM 4, tepatnya di Kampung Ragas, Desa Ciluluk, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung.

Pantauan Soreang Ekspres di lapangan, ketinggian air saat ini mencapai 20-30 cm. Terendamnya jalan raya tersebut, dikeluhkan warga dan juga pengendara yang akan melakukan aktivitas. Pasalnya, kondisi tersebut membuat aktivitas mereka terhambat. Bahkan, ada beberapa pengendara yang sepeda motornya mogok karena nekat melewati genangan air.

’’Ketinggian air yang ada saat ini, diakibatkan guyuran yang terjadi dari siang sampai malam hari. Kemarin (4/2) malam, ketinggian air mencapai 40- 50-cm. Walaupun sudah mengalami surut, jika hujan kembali turun, maka ketinggian air bisa mencapai 60 cm. Dan aktifitas warga akan menjadi lumpuh, dikarenakan jalan tidak bisa dilalui,’’ jelas Momon, 53, warga Ragas, Desa Ciluluk, Kecamatan Cikancung kepada Soreang Ekspres (Grup Bandung Ekspres) kemarin (4/2).

Menurutnya, kondisi seperti ini sudah berlangsung lama. Meski begitu, hingga saat ini belum ada penanganan serius dari pemerintah, baik berupa perbaikan atau pembangunan kembali. ’’Jika turun hujan, maka jalan ini pasti terendam banjir dan merendam beberapa ruas jalan. Dikarenakan di pinggir jalan ini, saluran air tidak berfungsi dengan baik. Bahkan yang ada saat ini, yakni sungai itu pun, saluran pembuangannya nggak ada,’’ jelasnya.

Momon menambahkan, saluran sungai yang ada saat ini pembuangannya langsung ke sawah-sawah. Sungai yang ada saat ini tidak memiliki pembuangan. ’’Air mau dibuang kemana, sedangkan sungai yang ada untuk menampung air tidak memiliki pembuangan ke Sungai Citarum alias buntu,’’ keluhnya.

Hal senada disampaikan Ade Yana, warga Andir , Desa Tanjunglaya, Kecamatan Cikancung. Menurutnya, sungai-sungai yang ada saat ini, banyak yang mengalami pendangkalan dan penyempitan. ’’Setahu saya, sungai tersebut dibuat untuk mengaliri sawah milik warga. Namun saluran air sungai tersebut, pembuangannya tidak sampai ke sungai Citarum. Dulu, jarang terjadi banjir, dikarenakan kawasan ini adalah persawahan. Namun saat ini, di kawasan ini sudah banyak pembangunan pabrik,’’ terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan