Jakarta Lalin Terburuk Sejagad

Di sisi lain, untuk mengerem laju pertumbuhan kendaraan yang mencapai 6.000 per hari tentu sangat sulit dilakukan. Kelas menengah di Jakarta semakin banyak, hak asasi mereka membeli kendaraan bermotor.

Karena itu, Ahok dengan dukungan pemerintah pusat tentunya, harus melakukan revolusi untuk mengakselerasi perbaikan transportasi. Pelarangan motor di sepanjang Jalan M.H. Thamrin sampai Jalan Medan Merdeka Barat sudah baik. Namun, belum terlalu terasa impact-nya karena lingkupnya masih kecil. Perlu gebrakan yang jauh lebih besar.

Meski tidak separah Jakarta, Pemerintah Kota Surabaya juga harus bekerja ekstra keras untuk keluar dari “papan atas” lalu lintas terburuk. Kalau mau lebih agresif, seharusnya bisa lebih mudah merealisasikan sistem transportasi masal yang bagus. Namun, rencana membangun monorel maupun trem belum bisa terlaksana karena minimnya dukungan pusat.

Jadinya, upaya untuk membuat lalu lintas di Surabaya hanya solusi sementara. Sebatas kemacetan tidak parah, belum pada tataran membuat lebih lancar. Di antaranya dengan memperluas jaringan Surabaya Intelligent Transport System (SITS). Itu adalah sistem terpadu untuk pengaturan lalu lintas yang lebih baik di persimpangan jalan.

Data yang dihimpun dari dinas perhubungan (dishub) Surabaya menunjukan ada 121 persimpangan yang telah dipasangi lampu rambu lalu lintas. Dari jumlah itu baru 57 titik yang terpasang SITS. SITS didukung kamera dengan sensor khusus yang bisa mendeteksi kepadatan kendaraan. Bila ada antrean kendaraan panjang, lampu yang menyala hijau akan lebih lama untuk jalur antrean itu.

’’Soal kemacetan, di Surabaya sebenarnya sudah tertangani,’’ kata Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Surabaya Irvan Wahyu Drajat. ’’Karena itu saya heran kalau ada survei yang menempatkan Surabaya sebagai kota dengan kondisi lalu lintas yang buruk,’’ lanjutnya.

Darmaningtyas, pengamat transportasi, menyatakan bahwa semua pihak seharusnya terbuka menerima penilaian buruk dari Stop-Star Index. Masalah transportasi masal di Indonesia tidak hanya sebatas kapasitas yang minim, namun juga kenyamanan dan keamanan yang rendah. ’’Itu membuat warga enggan menggunakan transportasi umum,” ucapnya.

Terpisah, mantan Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono justru terlihat santai menanggapi hasil survey yang dilakukan oleh Castrol. Ia mengatakan, survey serupa juga pernah menempatkan kota di Indonesia sebagai kota dengan lalu lintas yang buruk.

Tinggalkan Balasan