KUE-kue macaroon nan memikat dengan warna-warninya dan madeleine nan elegan bak cangkang kerang, boleh jadi, merupakan perwujudan bangsa Prancis itu sendiri. Toko-toko pastry yang menjamur di sepanjang jalan di penjuru Prancis cukup membuktikan betapa dekat sebuah pastry dengan masyarakatnya. Boleh dibilang, lebih baik tak punya mobil atau rumah mewah daripada tak menikmati pastry.Demikianlah yang disampaikan Laurent Guesdon, seorang chef asal Nantes, Prancis, dari Sheraton Surabaya Hotel & Towers Selasa (10/6).
Sebagai negara yang mendunia karena makanan, terutama pastry-nya, Prancis menyimpan segudang sejarah yang berkaitan dengan makanan. Tentang macaroon, misalnya. Dalam dongengnya, Laurent mengisahkan, macaroon pernah amat terkenal pada abad ke-16, sekitar 300–400 tahun lalu, sebagai kue kebanggaan para bangsawan. Namun, karena suatu hal yang hingga kini masih misteri, kue itu tiba-tiba menghilang. Tak ada yang pernah membuatnya selama ratusan tahun.
”Sekitar 30–40 tahun lalu, kue ini kembali muncul. Para chef Prancis menemukan resep kuno dan meraciknya kembali. Hingga jadilah kue macaroon seperti yang dikenal saat ini,” ujar dia.
Dewasa ini, macaroon telah tersebar ke berbagai belahan dunia. Macaroon dipercaya sebagai jenis kue yang mampu meningkatkan prestise pemakannya. Di Prancis sendiri, ungkap Laurent, macaroon biasa dinikmati dengan segelas kopi atau teh saat siang atau sore. ”Tidak semua orang bisa membuat macaroon. Tekniknya cukup sulit. Karena itu, kue ini amat spesial dan berharga,” ujarnya.
Selain macaroon, madeleine merupakan salah satu kue yang menyimpan kenangan khusus bagi masyarakat Prancis. ”Setiap memakannya, saya teringat masa kanak-kanak. Dulu selalu dibuatkan kue ini oleh kakek dan nenek,” cerita Mathieu Dumesnil, direktur Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya.
Sebagai kue yang banyak dinikmati, terutama anak-anak Prancis, madeleine lebih identik dengan children time. ”Masyarakat Prancis sering menikmatinya saat sarapan. Bersama teh atau cokelat panas,” kata Mathieu.
Jika macaroon lebih sering dimakan saat perayaan khusus seperti Natal dan semacamnya, tutur dia, madeleine lebih menjadi family cake. Memasukkan madeleineke mulut seperti mengembalikan kenangan terhadap rumah dan keluarga. ”Hanya orang Prancis yang bisa membuat pastry dengan sangat baik,” katanya. (rim/c7/dos)