Masa Depan Amerika Serikat di Tangan Joe Biden

Joseph Robinette Biden Jr, dilahirkan di Scranton, Pennsylvania, dari keluarga Joseph R. Biden, Sr. dan Catherine Eugenia Finnegan. Ia anak sulung dari 4 bersaudara, tahun 1961, lulus dari Archmere Academy di Claymont, dan 1965 dari University of Delaware di Newark. Ia kemudian meneruskan pendidikan ke Syracuse University College of Law, lulus pada 1968.

Biden adalah anggota Partai Demokrat dan pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Amerika Serikat ke-47 dari 2009 hingga 2017 serta Senator senior dari Delaware dari 1973 hingga 2009. Pernah mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 1988 dan 2008 namun mengundurkan diri dalam kedua kesempatan tersebut. Pada 22 Agustus 2008, Barack Obama telah memilih Biden sebagai pasangan bakal calon wakil presidennya dalam pemilihan presiden 2008.

Setelah rehat dari pemerintahan, pada April 2019, Biden mengumumkan pencalonannya dalam pilpres 2020, dan dia mencapai ambang batas delegasi yang diperlukan untuk mengamankan pencalonan Partai Demokrat pada Juni 2020. Pada 11 Agustus, ia mengumumkan Senator AS Kamala Harris dari California sebagai pasangannya. Biden memenangkan pemilihan presiden 2020 pada 3 November melawan Presiden Trump. Dengan demikian, dia adalah wakil presiden non-petahana kedua yang terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, dan yang pertama sejak Richard Nixon pada tahun 1968.

Dalam kampanyenya Biden telah menggunakan isu covid-19 sebagai pesan kampanye. Secara konsisten Biden menyatakan akan menangani pandemi lebih baik daripada Trump. Joe Biden menilai langkah Trump yang salah mengenai pandemi, telah menewaskan lebih dari 186.000 orang Amerika dan menghabiskan jutaan pekerjaan, jaminannya tentang keamanan vaksin tidak dapat dipercaya. Biden menyerukan agar vaksin apa pun diproduksi dan didistribusikan mengikuti standar ilmiah yang ditetapkan tanpa campur tangan politik dari luar.

Faktor kemenangan Joe Biden, selain karena kepiawaian memainkan isu Covid 19, juga adalah adanya aksi protes besar-besaran menyusul kematian pria kulit hitam George Floyd, dan masalah ekonomi, yang mendominasi perhatian nasional. Disamping itu mayoritas masyarakat pemilih di AS, telah mulai bosan dengan gaya Trump yang terlalu mempolarisasi dan meledak-ledak, mereka mengatakan, yang dibutuhkan Amerika ialah kepemimpinan yang lebih tenang dan stabil.

Dalam kontestasi antara sosialis dan liberalis, Biden mengambil posisi tengah, menolak untuk mendukung gagasan jaminan kesehatan nasional, kuliah gratis, atau pajak kekayaan. Ini menjadi daya tarik untuk kelompok moderat dan pendukung Republik yang tidak puas selama kampanye pemilu. Strategi ini tercermin dalam keputusan Biden memilih Kamala Harris sebagai cawapres, padahal sebenarnya ia bisa memilih sosok yang lebih didukung oleh sayap kiri partai.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan