Yasonna Dinilai Langgar Etika

JAKARTA- Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna H Laoly diminta lebih fokus dengan tugasnya daripada terlibat pembentukan tim hukum PDIP soal kasus suap komisioner KPU Wahyu Setiawan.

Dugaan keterlibatan Yasonna dalam pembelaan PDIP yang membentuk tim hukum secara etika politik dinilai kurang elegan. PDIP bisa dianggap tengah memainkan politik bela diri saat kadernya Harun Masiku terlibat dalam kasus dugaan suap yang kini ditangani KPK.

Pengamat Politik dari Political and Public Policy, Jerry Massie menyebut, seharusnya Yasonna lebih fokus ke tupoksinya sebagai Menkumham. Menurut Jerry agak berat jika harus memikul tugas ganda. Yakni antara negara dan kepentingan partai. Di PDIP, Yasonna diketahui menjabat sebagai Ketua DPP PDIP bidang Bidang Hukum dan Perundang-undangan.

Dikatakannya, memang belum ada UU yang melarang Menkumham untuk melakukan dukungan terhadap kepentingan partai. Apalagi, Yasonna menjabat ketua DPP PDIP. Namun, di partai Yosonna punya wakil yang bisa menjalankan peran itu. “Kenapa mereka ngotot membentuk tim untuk membela partai habis-habisan. Toh, semua akan terjawab dalam persidangan Tipikor nanti,” kata Jerry di Jakarta, kemarin (21/1).

Yasonna sendiri sudah mengklarifikasi hal tersebut. Dia mengatakan kapasitasnya bukan sebagai Menkumham. Melainkan sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Hukum dan Perundang-Undangan. PDIP juga membela Yasonna. Partai penguasa itu memastikan Yasonna tidak intervensi terkait kasus yang menjerat kader PDIP Harun Masiku yang telah ditetapkan tersangka oleh KPK.

Untuk diketahui, Harun Masiku yang merupakan kader PDIP terlibat dugaan kasus suap dan sudah ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka suap kepada Komisioner KPU Wahyu Setiawan. Saat ini, diduga kuat Harun sudah ada di Indonesia. Keberadaan kader PDIP itu diungkap oleh istrinya, Hildawati.

Kepada wartawan Hildawati yang ditemui di kediamannya, di Perumahan Bajeng Baru, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa mengatakan, suaminya sudah pernah memberi dia kabar sudah pulang dari Singapura pada 7 Januari tengah malam.

Bahkan, lancet Hilda (sapaan akrabnya), Harun juga memberi kabar berangkat ke Singapura pada 6 Januari. Jadi hanya sehari setelah tiba ke Singapura, kemudian pulang. Namun, perempuan berusia 26 tahun ini mengaku, nomor telepon suaminya sudah tidak dapat dihubungi, sejak 8 Januari.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan