Transaksi OPOP Tembus Rp 21 Miliar

BANDUNG – Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Provinsi Jawa Barat, Kusmana Hartadji mengatakan, nilai transaksi dari temu bisnis dan pameran secara virtual One Pesantren One Product (OPOP) melejit tinggi dibanding tahun lalu. Kali ini, nilai transaksi mencapai Rp 21,02 miliar.

“Jadi ada peningkatan, tahun kemarin dengan 1.000 pesantren hanya Rp 1,4 miliar. Sekarang dengan 500 pesantren alhamdulillah mencapai Rp 21 miliar,” kata Tutus–sapaan akrabnya, Selasa (8/12).

Tutus mengatakan, temu bisnis OPOP ini mempertemukan antara pembeli, investor, dan mitra usaha pengusaha sukses untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan produk pondok pesantren (pontren) peserta pameran.

Menurutnya, pameran virtual tersebut memperlihatkan berbagai produk seperti makanan, minuman, aksesoris, fesyen, craft, produk pertanian dan perkebunan, peternakan dan berbagai produk unggulan lainnya.

“Kami coba membantu pesantren tersebut untuk membuka pasar bagi produknya. Bahkan, kami akan membantu membukakan jejaring hingga link and match dengan pesantren lain yang memiliki produk berkaitan,” ujarnya.

Tutus menjelaskan, program OPOP merupakan salah satu program yang diusung pasangan Gubernur-Wakil Gubernur Jabar (RK-UU) pada masa kampanye.

“Akhirnya program ini diwujudkan dan dilaunching Gubernur Ridwan Kamil November 2018 sejak awal dirancang untuk mendorong pesantren di Jabar untuk mandiri secara ekonomi,” jelasnya.

“Pesantren di Jabar memiliki potensi besar untuk mandiri secara ekonomi. Dari 9.000 pesantren di Jabar, sebagian besar diantara mereka masih memerlukan pendampingan usaha, mulai dari penggalian potensi hingga pemasaran,” imbuhnya.

Iapun mengaku, program OPOP tahun 2020 mengalami penurunan dari target tahun 2020 yang awalnya 1.000 pesantren menjadi 500 pesantren akibat pandemi Covid-19.

Selain itu, kata dia, program kegiatan yang sebelumnya banyak dilakukan secara tatap muka langsung menjadi dilakukan secara virtual.

“Ada beberapa tahapan yang sulit dilakukan virtual contoh, proses audisi serta pelatihan dan magang dilakukan secara tatap muka. Kita tetap menerapkan dan memperhatikan protokol kesehatan,” ungkapnya.

Sementara itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyambut baik kehadiran ratusan pesantren dengan produk yang dimiliki. Selama ini perekonomian pesantren mayoritas sangat sulit karena mengandalkan uluran tangan dermawan. Namun, dengan adanya produk yang dibuat dan dijual maka kemandirian ekonomi pesantren bisa lebih baik.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan