Terowongan KCIC di Cikalongwetan Diterjang Banjir

CIKALONGWETAN – Pengerjaan proyek terowongan Kereta Api Cepat Indonesia China (KCIC) mengalami hambatan. Hal ini disebabkan aliran sungan Cileleuy meluap pada Senin (6/7) sore.

Personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB, Ceceng Rukandi mengatakan, banjir bandang yang terjadi di tunnel 6.3 Walini pada Senin itu terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Cikalongwetan.

“Akibatnya aliran sungai Cileleuy meluap. Beruntung tidak ada korban dalam peristiwa itu. Hanya luapan sungai sempat merendam area proyek kereta cepat,” ungkap Ceceng saat dihubungi, Kamis (9/7).

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, Meiky W Paedong menyebutkan, bencana alam akibat proyek KCJB itu bukanlah kali pertama terjadi. Menurutnya, selain banjir di tunnel 6.3, banjir bandang juga sempat terjadi di beberapa titik di Jawa Barat.

“Sebelum kejadian baru-baru ini, banyak juga bencana di titik lain akibat proyek ini. Itu menandakan bahwa proyek ini gagal mengatasi dampak-dampak lingkungan,” ujar Meiky.

Dengan demikian, menurutnya, analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) proyek tersebut bermasalah. Selain amdal yang buruk, Meiky menilai skema penanganan teknis juga tidak bisa disebut baik.

Dari hasil kajian Walhi, Meiky mengatakan, banjir yang terjadi di Desa Puteran, Cikalongwetan, KBB itu tidak benar-benar murni karena faktor alam. Pasalnya, ada gorong-gorong yang sengaja dibuat di aliran sungai Cileleuy demi kelancaran pengerjaan proyek.

“Itu kan ada sungai. Di tengah jalur mereka tutup dan untuk menjaga air tetap mengalir mereka siasati rekayasa teknis dengan membuat gorong gorong,” kata Meiky.

“Itu kan membuktikan bahwa tidak ada perhitungan di situ. Akhirnya pada saat turun hujan lebat di kawasan itu mengakibatkan aliran sungai cileleuyan jadi tidak mengalir secara alami,” tambahnya.

Meiky mengatakan, Walhi Jabar sudah menyoroti proyek KCIC ini sejak awal penyusunan perencanaan. Menurutnya, pengerjaan mega proyek kereta cepat tersebut cenderung terburu-buru dan dipaksakan. Akibatnya, beberapa lingkungan hidup sepanjang jalur KCJB harus menanggung bencana.

“Bisa kita katakan proyek ini ceroboh sejak dari awal penyusunan perencanaan dan kajian kajiannya tidak mendalam. Mulai dari visibilitas, perencanaan yang tidak terpublikasi dan kajian lainnya termasuk amdal tadi itu memang ceroboh,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan