Tak Patuhi Protokol Kesehatan, Gugus Tugas Jabar Pertanyakan Ketegasan Pemkot Bandung Terhadap Pasar Kaget

BANDUNG – Sekretaris Gugus Tugas COVID-19 Jabar, Daud Achmad mempertanyakan ketegasan Pemkot Kota Bandung dalam menghimbau warga untuk tetap dirumah dan tidak berbelanja jelang lebaran dipusat pembelanjaan maupun pasar kaget di Kota Bandung.

Dari hasil pantauan dilapangan oleh Jabar Ekspres di kawasan Pasar Baru, Jl. Otto Iskandardinata, masih ada Pedagang kaki lima yang membuka kios dan tidak memenuhi protokol kesehatan.

“Izin tersebut berada di bawah peraturan bupati/walikota setempat. Jadi mengenai kerumunan orang yang terjadi dipusat pembelanjaan atau juga di kaki lima saya melihat izin buka tutup toko itu ada di aturan bupati/walikota. Dibeberapa daerah dia mengizinkan toko buka dengan jangka waktu tertentu,” kata Daud saat ditemui di Bandung, Jumat (21/5/2020).

Lebih lanjut dia menjelaskan, meski Kota Bandung masuk pada level kuning, namun warga dan pedangang toko maupun pedangan kaki lima harus mematuhi protokol kesehatan dan sosial distancing.

“Kota Bandung masuk di level kuning, sehingga ekonomi bisa bergerak 60% artinya boleh berdagang tapi tidak boleh berkerumun,” katanya.

“Saya yakin, jika ada toko atau tempat usaha yang diperbolehkan buka, tapi jika dia tidak melaksnakan protokol kesehatan pasti akan mendapatkan peringatan tegas oleh Bupati/walikota,” lanjutnya.

Saat disinggung mengenai pedagang kaki lima yang membuka lapaknya dan tidak memenuhi protokol kesehatan, pihaknya mengatakan bahwa itu urusan Pemerintah Kota, silahkan tanyakan ke Pemkotnya.

Daud mengaku, pihaknya belum menerima laporan dari delik aduan masyarakat terkait adanya pedagang kaki lima yang nekat berjualan untuk baju lebaran dan tidak mematuhi protokol kesehatan,

“Kami bertindak bukan dari laporan resmi saja, tapi dari media sosial termausk dari media online kita perhatikan, sekali waktu saya lewat masuk ke pasar dan banyak kerumunan, saya hubungi Satpol PP,” tuturnya.

Akan tetapi, pihaknya memaklumi kurangnya petugas yang ada, menyebabkan banyaknya tempat berkerumun yang tidak terpantau.

“Jika ada pasar yang banyak berkerumun itu disebabkan karena kurangnya petugas, tapi saya yakin jika kita melaporkan kepada petugas pasti akan di respon,” pungkasnya. (MG1)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan