Sudah Dua Bulan Beroperasi, Pengelola Wisata di Lembang Hanya Cukup Tutupi Biaya Operasional

LEMBANG – Keberadaan Obyek wisata di kawasan Lembang sejauh ini sudah mulai menggeliat semenjak dibuka kembali di masa pandemi Corona Virus Disease atau Covid-19 pada Sabtu 13 Juni lalu.

Namun, setelah dua bulan berlalu, pengelola wisata masih kesulitan untuk mengembalikan kunjungan wisatawan pada kondisi normal. Bahkan, perolehan pendapatan hanya bisa menutupi beroperasional gaji karyawan.

Beberapa penyebabnya yakni pemberlakuan pembatasan pengunjung maksimal 50 persen. Ditambah masih ragu-ragunya pengunjung dari luar daerah untuk masuk ke Lembang.

General Manager (GM) Terminal Wisata Grafika Cikole (TWGC) Bagus Widi Prasetyo mengatakan, selama sebulan awal setelah dibuka lagi, pihaknya sama sekali belum mengantongi keuntungan dari penjualan tiket ke wisatawan.

“Pendapatan pasti terganggu dan belum ada keuntungan. Tapi sekarang ini kan kita fokus menjaga keamanan pengunjung dulu dengan mengikuti aturan pembatasan pengunjung,” ungkap Bagus, Jumat (7/8).

Pembatasan pengunjung dan masih minimnya kamar yang terisi membuat pemasukan yang diperoleh belum sebanding dengan pengeluaran operasional sehari-hari.

“Jangankan profit untuk mengcover operasional juga belum dapat. Bahkan untuk bayar gaji karyawan enggak akan cukup. Tapi yang penting sekarang sudah dibuka dan beroperasi saja dulu,” katanya.

Dari kunjungan maksimal 50 persen yang dibolehkan pemerintah, selama hampir sepekan beroperasi pengunjung yang datang masih di bawah 25 persen.

“Sudah ada dari Banten dan Jakarta. Secara bisnis, pengunjung dari Jakarta biasanya full mulai dari nginap, wisata sampai makannya, jadi kita dapat profit lebih. Berbeda dengan wisatawan Bandung, mereka hanya datang untuk wisatanya saja,” katanya.

Untuk menyiasati besarnya pengeluaran dari gaji karyawan, pihaknya membagi hari kerja karyawan 50:50 setiap minggunya, sehingga tidak ada karyawan yang di-PHK namun pengeluaran pun bisa dikontrol.

“Strategi kita hanya merumahkan karyawan dan mereka juga memahami keputusan itu. Biar enggak ada karyawan yang dirugikan, kita gilir hari kerjanya, kita juga hanya membayar karyawan yang hari itu bekerja. Misalnya di HRD, dari total lima karyawan, dua orang kerja dan tiga lainnya dirumahkan, besoknya digilir. Begitupun bagian lainnya, jadi tidak semuanya bekerja di hari yang sama,” tandasnya. (mg6/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan