Bau busuk benda itu luar biasa. Seorang anggota, wanita, sampai dilarikan ke rumah sakit –tercekik bau busuk itu.
Yang melemparkannya pun dibawa keluar ruang sidang: Ted Hui Chi-fung. Anggota oposisi dari Partai Demokratik.
Benda itu tak lain adalah sayur busuk. Sekarang kecil. “Demokrasi kita akan dibuat berbau busuk seperti itu,” ujar Hui Chi-fung. “Bau busuknya sudah kita hirup sekarang,” tambahnya.
Sehari sebelumnya pun gedung legislatif itu sudah heboh. Bau busuk merebak ke mana-mana. Tim keamanan dan pemadam kebakaran segera tiba.
Setelah ditelusuri, bau itu berasal dari lantai 9. Di lantai itulah Hui Chi-fung berkantor.
Rupanya tiap hari Hui Chi-fung sudah membawa sayur busuk ke gedung legislatif. Tapi baru bisa melemparkannya kemarin.
Apa pun, RUU itu pasti berhasil disahkan. Paling lambat besok. Mayoritasnya adalah pro-Beijing.
Dengan demikian pendemo tidak bisa lagi seperti tahun lalu: suka memelesetkan lagu kebangsaan Tiongkok.
Pendemo juga tidak bisa lagi seperti tahun lalu: menginjak-injak bendera Tiongkok, mengolok-oloknya dan membuangnya ke parit.
Atau tetap melakukannya. Dengan risiko masuk penjara.
Setelah UU Anti Penghinaan Simbol Negara itu diputuskan, DPRD langsung harus bersidang lagi: mengubah UUD Hongkong. Untuk memasukkan UU Keamanan Nasional yang baru diputuskan DPR di Beijing itu.
Semua itu, dari segi kepentingan Tiongkok, memang harus disahkan buru-buru. Sebelum fokus ke persiapan pemilu Hongkong bulan September nanti.
Di Pemilu nanti oposisi diperkirakan akan menang. Tapi itu tidak lagi masalah bagi Tiongkok. Sudah terjamin: Hongkong tidak bisa lagi memisahkan diri.
Bahwa Hongkong mau berbeda dengan Beijing tidak apa-apa. Toh sejak awal sudah disepakati: satu negara dua sistem.
Demo besar-besaran sepanjang tahun lalu memang jelas sekali: mengarah ke kemerdekaan Hongkong. Yang mendapat dukungan Barat.
Kini Tiongkok sudah mengambil risiko: menghadapi yang terburuk di Hongkong.
Juga di Taiwan.
Untuk pertama kali pimpinan puncak Tiongkok tidak lagi menyanyikan lagu lama: mengusahakan penyatuan Taiwan secara damai.
Kata ‘secara damai’ itu tidak digunakan lagi. Itu terlihat dari pembukaan Sidang Pleno DPR di Beijing Senin lalu.