Sekolah Tatap Muka di Kab. Bandung sudah Diperbolehkan

SOREANG – Rencana Pembelajaran Tatap Muka di Kab.Bandung, sejauh ini ada beberapasekolah yang sudah memulainya.

Bupati Bandung, Dadang M. Naser mengatakan, untuk memulai belajar langsung tidak perlu ada komando serentak.  Namun untuk tetap ada koordinasi.

’’Nanti sampai Januari sebagaimana sudah diinstruksikan oleh menteri pendidikan,” ungkap Dadang saat meninjau SMP Negeri 1 Soreang, Selasa (24/11).

Kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan protokol kesehatan pencegahan Covid 19. Hal tersebut dilakukan agar mencegah klaster Covid 19 di sekolah.

“Daerah manapun boleh, asal bukan di zona merah. Pabrik juga silahkan buka, tapi di pabrik itu mana yang punya masalah, ditangani,” kata Dadang.

Semua tingkatan sekolah, baik SD, SMP hingga SMA diperkenankan untuk melaksanakan tatap muka. Namun, Bupati Bandung dua periode itu, menekankan pentingnya uji coba sebelum sekolah dibuka.

’’Yang paling penting itu, harus disiapkan protokol kesehatannya, seperti menyiapkan hand sanitizer, alat cuci tangan, dan thermogun untuk pengecekan suhu.

“Ada satgas di sekolah, kalau ada korban gimana menanganinya. Kalau suhu panas kemana, itu harus ada protapnya,” jelasnya.

Dirinya mengaku sudah melakukan rapat koordinasi dengan seluruh kepala sekolah, baik dari perwakilan SD, Mi, SMP, Mts, SMA, SMK, MA.

Ada juga hasil kajian dari tim survei terkait pelaksanaan sekolah daring dan luring yang ada di Kabupaten Bandung. Ternyata dari hasil kajian itu yang mengikuti daring dan luring hanya 50 persen, yang lainnya belum efektif.

“Kita beda dengan Kota Bandung. Makanya, saya kemarin membuat kebijakan, silakan sekolah lakukan tatap muka, dikala pandemi Covid 19, kita harus berjalan, akademis atau pola belajar mengajar tatap muka dipersilakan dengan catatan protokol kesehatan disiapkan,” tambahnya.

Salah satu cara untuk mencegah terjadinya klaster Covid 19, sekolah harus memperhatikan kapasitas siswa hanya diperbolehkan sebesar 30 persen.

Sekolah juga bisa memanfaatkan ruang terbuka untuk tempat siswa berjemur ataupun bermain game.

“Ada ruang terbuka, pagi-pagi siswa dipoyankeun (jemur), ada gamenya. Silakan inovasi dan kreatifitas dilakukan oleh para guru di masing masing mata pelajaran. Mata pelajaran mana dulu yang diutamakan. Kalau kurangnya matematik, ya utamanya matematik, kemudian olahraga, tidak harus secara serentak. Silakan diatur sedemikian rupa,  ada ujicoba, tapi ga berseragam, kalau mau seragam ya silakan. Itu pada saat tatap muka,”  katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan