Sebanyak 238 ribu warga Kota Bandung jadi Miskin Baru

BANDUNG – Sebanyak 238 ribu warga Kota Bandung terkena dampak  secara ekonomi dari adanya Pandemi Covid-19. Sehingga, Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan (Dinsosnangkis) Kota Bandung berusa memberikan bantuan sosial (Bansos).

Kepala Dinsosnangkis Tono Rusdiantono mengatakan, jumlah tersebut adalah data penerima bantuan sosial di luar Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari pemerintah pusat.

Kendati begitu, pembagian bantuan pun bukan perkara mudah. Ada banyak manusia yang meminta bantuan, sementara juga ada banyak pintu pertolongan yang hadir.

Tono menuturkan, Sejak awal pandemi, pendataan warga terdampak mulai dilakukan. Data berasal dari lingkup masyarakat terendah: Rukun Tetangga (RT). Namun tak semua RT memberikan data sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

’’Terkadang, ada pula warga mampu masih pula mengaku miskin,’’kata Tono ketika dalam acara Bandung menjawab, Selasa, (20/10).

Menurutnya, data RT kemudian dihimpun di kelurahan, lalu sampai di meja Dinsosnangkis. Tentu, Dinsosnangkis tak akan mengelola data mentah. Nama-nama tersebut lantas disisir, diverifikasi, ditinjau ke lapangan.

Mereka yang tidak layak menerima bantuan terpaksa dicoret dari daftar. Bukan tak ingin pemerintah memberi, namun masih banyak yang perlu diprioritaskan.

“Kami berjibaku dengan data. Mana yang layak, mana yang tidak. Ada juga data yang tidak lengkap alamatnya,” jelas Tono.

“Ada yang ketika kami cek ke lapangan ternyata orangnya sudah pindah atau sudah meninggal. Kami pilah terus sehingga bantuan bisa tepat sasaran,” lanjutnya.

Memang tidak sempurna, namun kerja keras Dinsosnangkis berbuah hasil. Tono mengaku tidak banyak mendapat keluhan yang macam-macam. Riak-riak kecil di masyarakat ada, namun bisa diredam dengan keabsahan data.

“Ada warga yang sampai melapor kepada Pak Menteri, mengaku belum mendapat bantuan sama sekali. Setelah kami cek ke lapangan, ternyata dia sudah dapat bantuan, bahkan dapatnya dua dengan suaminya. Ketika kami tunjukkan datanya mereka malu sendiri, seharusnya kan satu KK (Kepala Keluarga) hanya dapat satu bantuan,” bebernya.

Ada beberapa proses yang Dinsosnangkis kerjakan selama beberapa bulan terakhir. Selain mendata, dinas ini juga memilah penerima dan asal bantuan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan