PSBB Jilid Dua Bikin Pengusaha Pariwisata Ketar-Ketir

BANDUNG – Pengusaha pariwisata bereaksi dan mulai ketar-ketir dengan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), mulai Senin 14 September 2020.

Keputusan menerapkan PSBB diyakini bakal berdampak kepada tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bandung Barat (KBB). Pasalnya hampir sebagian besar wisatawan yang datang ke Lembang dan sekitarnya berasal dari Jakarta.

“Pasti bakal berdampak besar dengan kebijakan PSBB di Jakarta. Kita lihat, sejak Kamis, 10 September 2020 lalu, wisatawan yang datang langsung turun sekitar 40 persen,” kata Owner Terminal Wisata Grafika Cikole, Eko Supriyanto, Minggu (13/9).

Menurutnya, kekhawatiran akan terjadinya penurunan sangat berasalan mengingat sebagian besar wisatawan yang ke Bandung Barat berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Selama masa pandemi Covid-19, pada hari kerja wisatawan yang berkunjung ke Terminal Wisata Grafika Cikole rata-rata 200 orang per hari. Dalam keadaan normal tingkat kunjungan wisatawan ke objek wisata yang berlokasi tak jauh dari Gunung Tangkubaparahu ini rata-rata sebanyak 1.000 orang per hari, sementara akhir pekan bisa mencapai 4.000-5.000 orang.

“Sebetulnya di tengah AKB )adapatasi kebiasaan baru) yang dijalani sekarang saja kunjungan masih belum normal. Apalagi memang jika di Jakarta diterapkan PSBB. Orang enggan datang ke sini,” katanya.

Dirinya berharap dan berdoa, kondisi bisa kembali pulih seperti sedia kala. Dimana roda perekonomian kembali berputar membuat orang dapat bangkit dari keterpurukan.

Seperti diketahui, seluruh objek wisata di Kabupaten Bandung Barat baru beroperasi kembali sejak 13 Juni 2020.  Setelah hampir tiga bulan ditutup akibat pandemi Covid-19.

Owner The Great Asia Africa Perry Tristianto mengungkapkan, meski objek wisata sudah kembali dibuka namun antara pemasukan dengan pengeluaran masih tidak seimbang. Akibatnya belum mampu menutup biaya operasional. Imbaunya belum semua karyawan dipekerjakan kembali.

“Baru 120 karyawan yang sudah dipekerjakan. Kami pun menerapkan hari kerja bergiliran mengingat masih sepinya tingkat kunjungan. Pada hari biasa wisatawan yang berkunjung rata-rata hanya 300-400 orang perhari. Sangat jauh dibandingkan sebelum terjadi pandemi Covid-19,” katanya belum lama ini.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan