Prediksi Kadin, Pemulihan Ekonomi Masa Pandemi Akan Lama

SOREANG – Sektor ekonomi terpuruk karena terdampak pandemi Covid 19 yang melanda dunia. Salahsatunya Indonesia, pemulihan ekonomi saat ini dinilai akan lebih lama dibandingkan dengan krisis ekonomi tahun 1998.

Hal tersebut dikatakan Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kabupaten Bandung, Ferry Sandiyana, menurutnya, krisis ekonomi tahun 1998 hanya dialami oleh beberapa negara, sehingga kegiatan ekspor masih bisa berjalan. Sedangkan, keterpurukan ekonomi karena pandemi Covid 19 dialami oleh seluruh dunia.

”Mungkin pemulihannya juga akan lebih lama. Kalau dulu ada krisis moneter, nggak lama kan. Kita bisa bangkit lagi karena ada beberapa relaksasi dari pemerintah, memang ada pemotongan, tapi bisa jalan lagi usahanya,” kata Ferry saat dihubungi melalui telepon seluler,  Selasa (29/9).

Ferry menjelaskan, para pelaku usaha kecil atau UMKM sangat merasakan dampaknya. Modal usaha mereka sudah tergerus. Oleh karena itu, untuk bertahan para pengusaha memilih banting stir. Misalnya, UMKM makanan yang merubah polanya yaitu menjadi frozen food.

”Sedangkan pelaku usaha yang bermain di ekspor pun di masa Pandemi ini merosot tajam, pasalnya beberapa waktu lalu berbagai negara di tutup. Memang tergantung dari pengusaha bagaimana meng create supaya bisa bertahan. Pandemi ini belum berakhir, kita lihat kapan beresnya,” jelasnya.

Menurut Ferry, pihaknya sangat mengapresiasi langkah pemerintah. sebagai upaya membatu pelaku UMKM agar perekonomiannya tidak terpuruk, pemerintah mendorong program restrukturisasi kredit.

”Saya berharap kepada para pengusaha harus lebih mempertahankan. Tapi saya yakin para pengusaha juga tahu bagaimana caranya agar usahanya tetap berjalan,” jelasnya.

Selain itu, Ferry juga menjelaskan, meskipun nanti vaksin Covid 19 ini sudah ada, tapi pemulihan ekonominya pasti akan perlu waktu juga. Pasalnya, pandemi Covid 19 ini, membuat dirinya repot. Pria yang menjalankan usaha di sektor perumahan mengaku tidak ada penjualan sama sekali.

”Untuk sektor perumahan menengah tidak ada penjualan. Kalau yang subsidi mungkin ada, tapi tetap ada penurunan. Karena mungkin daya beli masyarakat juga menurun,” pungkasnya. (yul/rus)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan