Power For Peace dalam Diri Umar Bin Khattab

Oleh: Dr Ade Priangani MSi

Dosen Prodi Hubungan Internasional FISIP UNPAS dan Wakil Ketua Bidang Pendidikan Paguyuban Pasundan Cabang Kota Bandung

DALAM hubungan antar bangsa, power memiliki peranan sangat penting. Itulah pendorong setiap bangsa, setiap negara rela berperang untuk mendapatkan power. Dengan power, suatu negara bukan saja mampu mengendalikan dunia seperti yang dikemukakan Hans J. Morgenthau, dalam bukunya Politics Among Nations: the struggle for power and peace (1948). Namun juga untuk mengatur lembaga perdamaian yang dihubungkan kepada penyesuaian perselisihan dan wilayah kekuasaan politik dan perang. Seperti dinyatakan Charles E. Martin dalam Proceedings of the eighth conference of teachers of international law and related subjects (1946).

Hans J. Morgenthau menggambarkan fakta bahwa dengan power Amerika Serikat (AS) merupakan bangsa yang paling berkuasa di bumi. Melebihi para saingannya yang sebenarnya kuat seperti Cina, Uni Soviet (sekarang Rusia) dalam politik internasional. Kuncinya, kata Morgenthau, adalah power berupa kesanggupan mencukupi keperluan sendiri dengan kekuatan sendiri.

[ihc-hide-content ihc_mb_type=”show” ihc_mb_who=”3,4″ ihc_mb_template=”1″ ]

Bersama dengan penyelenggaraan keseimbangan kekuasaan. Membuat AS kebal kepada ambisi tak terbatas yang lahir dari sukses dan ketakutan, serta frustasi berjalan dengan kegagalan. AS dapat menerima sukses dan kegagalan dengan tenang tanpa menjadi terlalu tergoda atau ketakutan.

Politik internasional, sebagaimana halnya dengan semua politik adalah perjuangan untuk mencapai kekuasaan. Apapun yang menjadi tujuan utama politik internasional, kekuasaanlah yang menjadi target terdekat. Meskipun pada akhirnya secara pokok mencari kebebasan, kesejahteraan, kemakmuran, atau kekuasaan itu sendiri. Sasaran mereka dengan mempergunakan politik internasional sebagai alat. Maka, mereka melakukannya dengan berjuang mencapai kekuasaan. Sebagai ilustrasi Perang Salib ingin membebaskan tanah suci dari kekuasaan orang kafir (ternyata kata “kafir” dipergunakan juga oleh orang Kristen untuk menandai orang di luar agamanya). Woodrow Wilson ingin mengamankan dunia bagi demokrasi. Kaum Sosialis Nasional ingin membuka Eropa Timur bagi kolonialisme Jerman. Itulah pentingnya power. Konsep ini memainkan peran besar dalam kebijakan luar negeri AS. Membuat AS melebarkan kekuasaan ke seluruh dunia pada masa Perang Dingin.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan