PKS Oranye

Yang bisa menghitung tentu orang PKS sendiri. Jangan sampai ”lahan baru gagal di dapat, lahan lama telanjur hilang”. Kalau itu yang terjadi hanya akan ibarat pepatah: mengejar lobster kehilangan benur.

Yang jelas saya tetap berpendirian “ideologi yang masih akan laku di masa depan adalah ideologi kemakmuran”.

Kemakmuran itu hanya bisa diraih lewat ketenteraman yang panjang. Tidak ada kemakmuran yang tercipta lewat perang, konflik, kerusuhan, atau heboh-heboh.

Memang ada orang yang bahagia lewat huru-hara. Tapi percayalah yang begitu itu tidak banyak –dalam persentase. Sayangnya suara yang tidak banyak itu mendominasi angkasa.

Tapi sepanjang jalur demokrasi tetap jadi pegangan tidak akan ada tempat politik aliran sempit.

Heboh-rusuh adalah perjuangan di jalur revolusi. Kemakmuran adalah perjuangan di jalur demokrasi.

Tentu saya juga mencatat ini: sudah lama PKS ingin lebih ke tengah. Misalnya, ketika memilih melaksanakan Munas di Bali yang didominasi merah. Pun dengan tampilan Munas yang sangat Bali.

Saya juga melihat PKS bisa menerima caleg non-muslim. Meski masih khusus di basis non-muslim. Saya pernah bertemu teman Kristen yang ternyata anggota DPRD dari PKS.

Tapi saya juga melihat selalu saja ada godaan untuk ke kanan lagi, ke kanan lagi.

Saya tidak tahu apakah soal ini yang membuat lahirnya partai Gelora.

Saya pernah diundang acara besar Partai Gelora. Bulan lalu. Saya melihat warna partai ”pecahan” PKS ini memang lebih ke tengah.

Ramai-ramai ke tengah adalah gejala yang sangat baik untuk Indonesia. Tentu lebih baik lagi kalau yang di kiri juga kian ke tengah.

Kita tidak bisa mengabaikan kenyataan ini: kanan dan kiri. Sama-sama besar. Kalau kanan yang menang, kiri akan heboh. Kalau kiri yang menang kanan akan heboh.

Kelompok tengah selalu yang jadi korban. Kelompok tengah ini selalu berharap agar yang berkuasa di negara ini adalah kiri-dalam atau kanan-dalam. Bukan kiri-luar atau kanan-luar.

Sebelum itu tercapai, kelompok tengah harus lebih sabar menunggu kemajuan cepat Indonesia.

Indonesia punya peluang sangat besar untuk maju dengan cepat. Asalkan tidak ada ”winner takes all”. Asal pemenang pemilu tidak merasa berhak mengambil keseluruhannya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan