GARUT – Para penggarap sawah di Desa Keresek dan desa lainnya Kecamatan Cibatu, banyak yang menyerahkan sawah garapannya kepada pemilik sawah. Penyebabnya, setelah panen para penggarap tak sanggup membeli pupuk urea karena harganya mahal dan pembeliannya dibatasi.
“Biaya pembelian pupuk ditanggung penggarap dan pemilik sawah. Bila harga pupuk tetap mahal, wajar penggarap sawah banyak yang menyerahkan sawah garapannya kepada pemilik sawah. Hasil panen yang diperoleh, sebagian besar habis digunakan untuk pembelian pupuk urea dan pupuk kimia lainnya. Apalagi tidak setiap penggarap atau pemilik sawah menjadi anggota kelompok tani,” kata H.Dede pemilik sawah di Desa Keresek, Selasa (24/11).
Menurutnya, saat ini masih banyak petani penggarap yang masih mampu membeli pupuk urea meski harganya mahal dan pembeliannya dibatasi. Ketika penggarap dan petani tak mampu lagi membeli pupuk, khawatir sawah tidak ditanami lagi. Karena kost biaya pembelian pupuk tak seimbang dengan hasil panen.
Distribusi pupuk urea dan jenis pupuk lainnya yang diinformasikan pihak Kementrian Pertanian, mencukupi untuk memenuhi keutuhan pupuk para petani. Kenyataannya, petani penggarap mengeluh karena harga pupuk mahal dan pembeliannya dibatasi oleh penegecer dan pemilik kios pupuk. Bila harga pupuk urea Rp 2000,- per kg, para petani masih bersemangat menanam padi. Bila harganya hingga Rp 8000,- per kg para petani penggarap kelabakan.