Pesantren Perlu Sediakan Ruang Isolasi

JAKARTA – Satgas COVID-19 menyatakan area pondok pesantren perlu menyediakan ruang isolasi untuk tempat karantina. Hal ini diperlukan jika entitas ponpes mengalami gejala suspek terinfeksi COVID-19.

“Ruang isolasi yang dapat digunakan oleh guru, santri dan pengurus pesantren. Ini jika ada yang mengalami gejala flu, batuk, demam, gangguan pernapasan, sakit tenggorokan dan badan terasa letih,” kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19, Sonny Harry B Harmadi di Jakarta, Jumat (16/10).

Dia mengatakan pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki kekhasan komunal. Sistem pendidikan dalam ponpes sifatnya kekeluargaan. Sehingga entitasnya kerap berada dalam kerumunan jumlah besar.

Budaya yang khas di pesantren itu, harus diimbangi dengan fasilitas karantina. Tujuannya agar jika ada satu individu yang suspek COVID-19, tidak menularkan kepada yang lain.

Menurut dia, penting juga bagi pesantren untuk menerapkan sistem pengamatan terpadu. Caranya dengan absensi dan monitor kesehatan santri secara rutin. Baik di kelas, asrama maupun aktivitas lainnya.

“Selain itu yang terpenting adalah 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak). Disiplin 3M adalah sebuah kewajiban selama pandemi. Ini harus terus dilakukan secara konsisten,” imbuhnya.

Ia mengatakan sistem monitoring yang baik akan merekam berbagai riwayat kesehatan entitas ponpes. Dengan begitu, apabila ada salah satu individu terinfeksi COVID-19, maka dapat dilokalisir dan tidak menyebar kepada orang lain.

Sonny mengingatkan pesantren perlu memiliki jaringan dengan fasilitas kesehatan terdekat. Misalnya puskesmas, rumah sakit dan tim medis untuk terus memantau kondisi kesehatan santri, ustadz serta pengurus pesantren. “Pesantren, juga harus menyediakan tempat cuci tangan bagi entitasnya. Sehingga dapat mencegah penularan COVID-19,” papar Sonny.

Hal senada disamapikan jubir Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito. Dia mengatakan, untuk mencegah penularan di pesantren, harus diberlakukan satu pintu masuk. Tujuannya agar jangan terlalu sering ada orang yang keluar-masuk dan berkontak dengan orang dalam.

“Pesantren di Indonesia ini banyak sekali. Apa yang dilakukan oleh Pesantren Darunnajah adalah contoh yang baik. Ini bisa dicontoh oleh pesantren-pesantren lainnya,” terang Wiku di Jakarta, Jumat (16/10). (rh/fin)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan