Peristiwa Bencana Alam di Jabar Terjadi 2.000 Kali Dalam Setahun

BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut ada sekitar 2.000 kejadian bencana alam yang mayoritas berasal dari air setiap tahunnya terjadi di Jabar.

Menurutnya, bencana yang sering terjadi di Jabar bagian tengah ke utara adalah banjir, sementara Jabar bagian tengah ke selatan adalah longsor.

“Dua jenis bencana itu pun umumnya terjadi karena penyimpangan keseimbangan alam akibat ulah manusia. Penduduk di Jabar yang berjumlah hampir 50 juta jiwa pun bisa menjadi potensi penyimpangan alam tersebut,” ucap Emil pada Web binar, Kamis (17/9).

Untuk itu, Pemprov Jabar guna merespons bencana akibat takdir alam dan bencana akibat ulah manusia tersebut, terangkum dalam cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana (resilience culture province).

“Pada dasarnya, kita jangan hanya berpikir mitigasi, tapi (juga) menghasilkan pandangan-pandangan untuk mengubah pola pikir yang bisa dijadikan warisan. Seperti pada cetak biru Budaya Tangguh Bencana Jabar yang telah saya lahirkan,” katanya.

Melalui cetak biru Budaya Tangguh Bencana Jabar, Emil berharap agar seluruh warga Jabar, baik anak-anak maupun orang tua, paham dalam merespons bencana. Dengan begitu, akan lahir budaya tangguh bencana yang bisa diwariskan dari generasi ke generasi.

“Jadi, kalau fondasi cetak biru budaya tangguh bencana bisa kita lahirkan, maka generasi berikutnya akan sangat tangguh,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Dani Ramdan memastikan ketersediaan air tetap terjaga di level mayarakat. Sebab, berdasakan surat peringatan BMKG menyatakan per bulan Agustus hingga Oktober sudah memasuki musim kemarau.

“Mitigasi kita memakai tangki air. Jadi kepala desa biasanya sudah tahu kontak kita di kabupaten kota. Jadi tangki tangki kita sudah tersebar di kabupaten kota. Nah itu nanti kita drop pakai air,” ucapnya.

Kendati demikian, dirinya mengaku belum menerima laporan kekeringan secara resmi dari kabupaten kota. Menurutnya, meski sudah memasuki musim kemarau, namun untuk tahun ini cenderung masih turun hujan di sejumlah daerah.

“Sudah masuk musim kering kemaraun, tapi kemaraunya memang kemarau basah memang tahun ini. Masih terus hujan, sehingga laporan kekeringan pun dari kabupaten kota itu belum ada yang menyampaikan secara resmi,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan