Pemerintah Harus Transparan Tentang Rencana Uji Coba Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac dari China

JAKARTA – Vaksin Sinovac asal China akan diujikan mulai Agustus pada 1.620 relawan.

Berdasarkan laporan Kepala Bagian Komunikasi Perusahaan Bio Farma, Iwan Setiawan sebanyak 2400 unit vaksin Sinovac telah tiba di Indonesia.

Bio Farma akan melakukan uji klinis fase III, sedangkan fase I dan II sudah dilakukan di China.

Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta pemerintah memastikan dulu bahwa vaksin tersebut aman untuk diujicobakan.

“Jika benar sudah uji coba fase I dan II, datanya harus transparan, jangan ada yang ditutup-tutupi,’’kata Netty dalam keterangan rilisnya yang disampaikan redaksi Jabarekspres.com, Minggu, (2/8).

Menurutnya, BPOM China pernah mengumumkan adanya sejumlah vaksin di bawah standar yang diproduksi dan diedarkan ke masyarakat. Sehingga, jika tidak diklarifikasi ini akan berbahaya, apalagi jika digunakan pada anak-anak.

’’Kita harus mengantisipasi hal tersebut agar jangan terjadi di Indonesia,”kata Netty.

Politis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengatakan, pemerintah harus memastikan proses produksi dan pengedaran vaksin  sudah sesuai standar WHO. Jangan sampai ada yang dilewatkan. Sebab vaksin yang cacat produksi  atau di bawah standar pasti  tidak aman dan membawa  risiko tinggi pada penggunanya.

Berdasarkan standar  WHO, vaksin harus melalui  uji coba ketat sebelum diedarkan ke masyarakat. Pengujian di laboratorium pada  hewan percobaan  meliputi  uji keamanan, imunogenitas, dan efikasi.

’’Sedangkan uji klinis pada manusia dilakukan sebanyak tiga fase,’’kata dia.

Selain itu, pemerintah juga harus bisa menjelaskan kepada masyarakat mengapa vaksin Sinovac yang dipilih untuk diujikan di Indonesia. Sebab, seperti diketahui ada sejumlah produsen dan negara pembuat vaksin Covid-19.

’’Saya minta ini harus dijelaskan oleh pemerintah kepada publik dengan komunikasi baik. Jangan sampai tersebar berita-berita yang nantinya membuat kagudahan dan menguatkan keraguan masyarakat atas tidak amannya vaksin itu,’’tutur Netty. (rls/yan).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan