Pemerintah Dinilai Tidak Fair Memperlakukan Kegiatan Olahraga dan Pilkada

SOREANG – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf mengatakan, dalam kebijakan pemerintah ada sebuah ketidakadilan pada pembatasan aktivitas masyarakat di masa Pandemi Covid-19. Sebab, perlakuan berbeda antara kegiatan sekolah dengan Pilkada serentak tahun ini dianggapnya bertolak belakang.

Menurutnya, kebijakan pemerintah dengan menghentikan kegiatan sekolah sangat tidak fair. Sedangkan untuk pelaksanaan Pilkada tetap diperbolehkan.

“Saya termasuk yang menganggap kenapa sekolah misalnya dihentikan tapi Pilkada jalan terus, itu tidak fair,” ungkap Dede Yusuf usai kunjungan kerjanya bersama para anggota DPR RI Komisi X, ke Gedung Winaya, Pemkab Kabupaten Bandung, Kamis (1/10).

Dede mengatakan, kenapa banyak aktifitas masyarakat seperti sekolah dan olahraga dihentikan, sementara gelaran Pilkada tetap dilaksanakan. Padahal meneruskan tahapan Pilkada di tengah pandemi seperti ini justru tidak akan efektif.

“Pada prinsipnya, seharusnya kalau semua ingin ditiadakan atau dihentikan, maka Pilkada juga mestinya diundur. Namun kita melihat kelihatannya Pilkada lebih penting dibanding sekolah atau yang lainnya,” kata Dede Yusuf.

Dede juga menjelaskan, menanggapi ditundanya gelaran olahraga nasional Kompetisi Sepakbola Liga Satu Indonesia yang seharusnya dimulai awal bulan Oktober 2020 ini dengan alasan tidak mendapat izin dari pihak kepolisian.

Dia menilai, penjadwalan olahraga itu mestinya tidak perlu terlalu diatur-atur oleh pemerintah. Karena penjadwalan olahraga itu sudah melalui prosedur yang lama, perjanjian-perjanjian yang lama.

’’Nah jika itu dikhawatirkan terjadinya kerumunan, kan bisa diganti secara virtual atau tanpa penonton,” jelasnya.

Berbagai negara di belahan dunia pun sudah melaksanakan gelaran pertandingan sepakbola secara virtual dimana pertandingan tetap dilaksanakan tanpa penonton, para penontonnya menyaksikan secara virtual.

Hal itu bisa tetap dilakukan karena memang mereka sudah terikat kontrak kerja, baik kontrak dengan pemain, pelatih, ataupun dengan sponsor, yang memang sudah dicanangkan waktunya seperti itu.

’’Saya sudah menyarankan terkait hal itu, dan memang untuk para pemainnya tetap dilakukan rapid test, swab test atau PCR,” katanya.

Dia juga menerangkan, ditundanya Kompetisi Sepakbola terbesar di tanah air itu, tidak hanya menyisakan kekecewaan pada klub yang sudah melakukan persiapan maksimal, tapi juga bagi para suporter yang sudah sangat rindu dengan aksi pemain klub pujaannya berlaga di lapangan hijau.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan