Masyarakat Harus Tahu, Cara Membedakan Pasien Convid19 dalam Pengawasan atau Pemantauan

BANDUNG – Banyaknya kekhawatiran mengenai penyebaran virus corona atau convid19 dinilai kurang mendapatkan informasi yang benar.

Spesialis Pulmonologist dr. Jaka Pradipta Sp.P dalam thread di akun twiter @jcowacko memaparkan bagaimana masyarakat tertular convid19.

Menurutnya, tidak semua pasien batuk pilek harus diperiksa untuk memastikan apakan tertular Convid19.

Akan tetapi, pasien yang diperiksa harus merujuk kepada indikasi guideline WHO. yaitu pasien dengan kategori pengawasan.

Definisi pasien pengawasan yaitu jika pasien tersebut pernah berpergian ke negara sumber convid19 seperti di Wuhan/China. Setelah itu, diketahui ada gejala demam/batuk pilek/ pneumonia.

Selain itu, pengawasan dilakukan kepada pasien yang berasal dari negara terjangkit dengan pneumonia atau memiliki riwayat kontak dengan pasien covid/orang wuhan.

’’Nah pasien pengawasan seperti inilah yang wajib diperiksakan virusnya (Silahkan lihat table dibawah),’’ kata dia.

Dalam table yang dibaca mendatar itu, sedikitnya ada 30an kriteria. Bahkan, satu kriteria saja cukup untuk diperiksakan virusnya.

Dalam tread lanjutannya dia menuturkan, untuk pasien batuk pilek yang baru pulang dari Jepang atau demam dari Singapur masuk ke dalam kategori pemantauan selama dua minggu pasien d ikarantina dirumah, diberikan obat, lapor ke puskesmas dan tidak perlu diperiksakan specimen.

Jaka memaparkan, jika resiko perjalanan ke negara yang terjangkit itu memiliki riwayat berpergian selama 14 hari dan dalam sebulan batuk, pilek dan deman baru dirasakan, maka dianggap tidak ada resiko convid19.

’’Inilah jawaban kenapa 200 WNI yang dipulangkan dari Wuhan tidak ada yang diperiksakan spesimennya, karena mereka tidak bergejala dan masuk kedalam kategori pemantauan saja, jadi alasannya bukan karena harga reagen yang mahal ya,’’tutur dia.

Dia mengatakan, untuk pasien yang memiliki kontak dengan Warga Negara Asing (WNA)yang berasal dari Negara terjangkit maka akan dirunut berdasarkan riwayat kontak dan gejalanya.

Untuk itu, setelah diketahu ada dua kasus yang ditemukan di Indonesia. Maka akan menjadi lebih banyak pengawasan dan pemantauan. Sehingga pemeriksaan virus akan meningkat.

’’Hasilnya, snow ball effect. muncul pasien-pasien lainnya yang terkonfirmasi,’’ujarnya dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan