Liverpool Untung, Pemerintah Buntung

INGGRIS– Predikat klub “ogah rugi” mungkin bisa disandingkan ke pundak Liverpool. Ya, datang sebagai juara Liga Champions dengan bonus berlimpah ruah ternyata The Reds masih menggunakan bantuan pemerintah untuk menalangi krisis keuangannya akibat pandemi virus korona.

Minggu (5/4), Liverpool menggunakan ‘The Coronavirus Job Retention’, skema ini akan menalangi gaji para karyawannya. Otomatis, pemerintah Inggris akan membayar 80 persen gaji karyawan dan sisanya dibayar oleh klub.

Masing-masing karyawan hanya menerima paling besar GBP 2.500 atau setara Rp50 juta per bulan. Jumlah tersebut dua kali lipat upah minimum yang diterima pekerja migran yakni GBP 1.300 atau Rp23 juta perbulan.

Kendati sudah memenuhi kewajibannya sebagai perusahaan, langkah yang diambil Liverpool mendapat kritik dari legenda The Reds sendiri, Jamie Carragher. Lewat postingannya di Twitter, ia menyebut Liverpool sudah membuatnya kecewa dan menghancurkan reputasinya sebagai klub yang elegan.

“Juergen Klopp sudah menunjukkan rasa simpati untuk semua pihak sejak awal wabah ini merebak. Begitu juga dengan para pemain senior yang rela gajinya dipotong,” papar Carragher. “Hingga kemudian, semua rasa hormat atas hal itu hilang karena keputusan ini. Liverpool sangat mengecewakan,” tambahnya.

Alasan kekecewaan Carragher sebenarnya cukup beralasan. Dilansir dari ESPN, tim sekota Everton itu telah mengantongi profit hingga triliunan rupiah. Di akhir musim 2018-2019, neraca keuangan The Reds membiru. Mereka meraih laba sebesar GBP 42 juta atau sekitar Rp844 miliar.

Dua pekan sebelum Inggris melakukan lockdown, neraca keuangan mereka makin meroket, Liverpool diketahui telah memiliki capital and reserves sebesar GBP 174 juta poundsterling. Laba terbaik yang pernah dimiliki Liverpool setelah pada musim 2017-2018 mereka mendapat profit 125 juta pounds atau sekitar Rp2,5 triliun.

Sayangnya, itu hanya perhitungan angka semata. Saat pandemi, mereka lebih memilih mencari keuntungannya sendiri.

Publik menilai Liverpool sudah merampas hak usaha kecil warga Inggris. Ya, skema bantuan dari pemerintah Inggris seharusnya lebih ditujukan kepada bisnis-bisnis kecil yang mengalami goncangan di tengah lesunya ekonomi akibat Covid-19.

Sebenarnya bukan hanya Liverpool saja yang menggunakan skema tersebut. Klub raksasa seperti Tottenham Hotspur hingga Newcastle United juga ikut-ikutan merasa “miskin” agar dana operasional mereka tak lagi kosong.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan