Lahan Sawah di Cimahi Alami Kekeringan, Dispangtan Siapkan Pompanisasi

CIMAHI – Untuk mengantisipasi kekeringan pada lahan persawahan yang ada di wilayahnya, Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Cimahi menyaiapkan bantuan pompanisasi. Antisipasi dilakukan agar tahun ini tidak terjadi gagal panen.

“Sejauh ini kita belum menerima laporan adanya lahan sawah yang kekeringan. Tapi kita akan tetap antisipasi, agar jangan sampai ada yang kekeringan,” ungkap Kepala Bidang Pertanian pada Dispangtan Kota Cimahi, Mita Mustikasari, Rabu (9/9).

Terkait dengan hal itu, Mita mengatakan pihaknya mewaspadai dampak musim kemarau berupa kekeringan, terutama terhadap tanaman padi yang merupakan tanaman pangan utama.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekeringan tersebut, antara lain dengan menyiapkan pompa air.

“Kalau yang masih ada sumber air paling dibantu sama pompanisasi. Yang masih ada sumber air di daerah Cibeber, yang dibantu pompanisasi, kelurahan yang lain masih bisa tanam,” ujar Mita.

Dijelaskannya, ada beberapa kelompok tani yang sudah mendapat bantuan pompa air dari Kementerian Pertanian. “Kalau dikelompok sudah ada 5 kelompok yang dapat bantuan pompa air dari Kementerian Pertanian. Kalau yang belum, dapat dipinjamkan dari dinas (Dispangtan),” beber Mita.

Selain pompanisasi, kepada para petani pihaknya juga merekomendasikan untuk memundurkan waktu tanam dari waktu yang biasanya. “Kami juga merekomendasikan pola tanam padi-palawija-palawija, yang biasanya padi-padi-hortikultura/palawija,” terang Mita.

Hasil pemantauan perkembangan musim kemarau yang dilakukan BMKG Bandung, hingga akhir Agustus 2020 menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia atau sekitar 87 persennya sudah mengalami musim kemarau.

Kondisi tersebut mengundang munculnya La Nina atau anomali iklim di Samudera Pasifik yang berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti.

“Untuk saat ini sudah masuk di musim kemarau termasuk semua wilayah di Jawa Barat,” ungkap Kepala BMKG Kelas I Bandung, Tony Agus Wijaya.

Tony menyebut kondisi kemarau pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya tak memiliki perbedaan. Hanya saja sempat ada gangguan cuaca pendek di tengah musim kemarau.

“Hampir sama, tetapi tahun ini di bulan Agustus kemarin ada beberapa ganguan cuaca jangka pendek berupa daerah pertemuan angin yang menyebabkan adanya hujan di puncak kemarau,” terangnya. (mg4/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan