Perhutani Klaim Kunjungan Naik 20 %

NGAMPRAH– Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bandung Utara mengklaim jika tingkat kunjungan saat momentum libur Natal dan Tahun Baru dalam kondisi stabil, kendati bermunculan objek wisata baru mulai dari The Great Asia Afrika hingga Lembang Park and Zoo.

Menurut Administratur Perhutani KPH Bandung Utara, Komarudin, meski ada pengaruh sedikit tapi objek wisata yang dikelola pihaknya sudah memiliki segmen khusus dari kalangan pelajar yang mungkin memiliki keterbatasan dana. Sehingga tingkat kunjungan terbilang masih stabil.

“Jadi kami sudah punya segmen tersendiri. Kebanyakan pelajar itu kan mungkin ada keterbatasan anggaran, jadi lebih memilih liburan ke tempat wisata yang lebih terjangkau biayanya oleh mereka. Jadi mereka liburannya ke kita (objek wisata Perutani),” kata Komarudin di Lembang, Jumat (10/1).

Tapi secara umum, kata Komarudin, tingkat kunjungan ke sejumlah objek wisata yang dikelola dan dikerjasamakan dengan Perhutani mengalami peningkatan dibanding hari biasa maupun saat libur akhir pekan.

“Tingkat kunjungan meningkat lebih dari dua kali lipat. Malah kalau dibandingkan pada tahun 2018, pada 2019 kemarin ada kenaikan hingga 20 persen,” katanya.

Dari 33 tempat wisata yang dikelola Perhutani, ia mengaku, pengunjung paling banyak berlibur ke Geger Bintang Matahari di Kampung Gunung Putri, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang. Pada akhir tahun lalu, lebih dari 4.000 orang datang dan menikmati liburan di tempat yang memiliki ketinggian 1.587 meter di atas permukaan laut tersebut.

Komarudin menambahkan, kebanyakan pengunjung datang ke lokasi wisata yang dibuka sejak 2016 lalu itu, untuk menikmati keindahan pemandangan dari atas gunung, tapi tak sedikit juga yang datang ke sana untuk berkemah.

“Di sini (Geger Bintang) menawarkan alam dan bentang lahan yang indah, jadi tempat favorit anak muda. Kalau malam hari bisa melihat gemerlap cahaya lampu Lembang, sedangkan pagi hari bisa melihat sunrise dan pemandangan seperti negeri di atas awan,” paparnya.

 

Hal berbeda dirasakan oleh pengelola Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Parahu. Hal itu disinyalir lantaran kalah pamor dengan hadirnya wisata baru yang lebih menarik minat pengunjung.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan