King of The King Tak Tercatat di Kesbangpol

BANDUNG – Meski mempunyai markas di Kota Bandung, namun King of The King tidak tercatat sebagai Organisasi Masyarakat (Ormas) atau pun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Bandung.

Dilansir dari Kompas.com, Sekretaris Dinas Kesbangpol Kota Bandung, Inci Dermaga mengaku, meski pihaknya telah mengetahui adanya kumpulan King of The King, namun Pemkot Bandung tidak mempunyai wewenang untuk menindak.

”Walau tak tercatat di Kesbangpol, tapi kami diperintahkan pusat untuk menyelidikinya,” ungkap Inci.

Inci mengatakan, selama ini pimpinan King of The King Dony Pedro tinggal di rumah kontrakan bersama Rusmini istrinya. Dony sendiri adalah pensiunan pegawai.

”Setelah pensiun ia jadi orang pintar semacam dukun,” katanya.

Sementara itu kata Kabid Humas Polisi Daerah Jawa Barat (Polda) Jabar Kombes Saptono Erlangga mangatakan, sejauh ini Polda Jabar belum melakukan penangkapan terhadap kelompok tersebut.

”Kami belum melakukan tindakan terkait kasus kelompok King of The King. Belum ada penangkapan. Kami masih terus berkoordinasi dengan pihak Polda Metro Jaya dalam mengungkap kasus ini,” singkat Saptono.

Sejauh ini, rumah kontrakan yang ditempati presiden King of The King sudah kosong. Rumah di Jalan Wiranta, Kelurahan Sukamaju, Kota Bandung itu dikontrak setahun dengan harga Rp 20 juta.

Asbat, 64, tetangga kontrakan bercerita, jika rumah bernomor 79 tersebut sudah kosong dan kini tidak ada yang menempati.

”Saya dengar kata Pak Ari (rumah) ini mau dijual. Di dalam rumah itu ada lima kamar. Memang rumah ini sempat dijadikan tempat bersilahturahmi banyak orang,” ujar Asbat, Sabtu (1/2)

Sementara itu Kiat Pambudi (40) pengelola kontrakan berkata mengenal Dony Pedro pimpinan King of The King. Namun perkenalan mereka hanya sebatas urusan sewa menyewa rumah kontrakan. Selama ini mereka hanya berbincang sekadarnya.

”Mengontrak di sini satu tahun, harganya Rp 20 juta. Banyak dari berbagai daerah setahu saya yang datang, termasuk warga di sini. Ada dari Subang, Karawang, bahkan Papua, dan lainnya. November lalu ramai,” kata pria yang akrab dipanggil Ari.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan