Khawatir Muncul Klaster Baru, Kebijakan Buka Bioskop Dinilai Tidak Tepat

BANDUNG – Kebijakan membuka kembali bioskop di Kota Bandung menurut pandangan pengamat adalah kurang tepat. Sebab, dengan cara itu, dikhawatirkan penularan Covid-19 bisa terjadi.

Pengamat Politik dan Ketahanan Nasional Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr. Yusa Djuyandi mengatakan, tempat hiburan di dalam gedung bioskop memiliki sirkulasi udara yang tertutup.

Selama dua jam atau lebih pengunjung datang ke bioskop tidak ada yang bisa menjamin bagaimana pengawasan penggunaan maskernya.

’’Pertanyaannya apakah selama 2 jam akan ada petugas yang bisa mengawasi satu persatu pengunjung yang sedang menonton? saya kira tidak. Apalagi di dalam bioskop lampu selalu diredupkan ketika film akan tayang,” ungkap Yusa saat dihubungi Jabar Ekspres, Senin (12/10).

Ia menilai, sebuah kebijakan Pemkot Bandung sudah sepatutnya memiliki skala prioritas dan alangkah baiknya jika sebelum memutuskan kebijakan Pemkot Bandung berkonsultasi dulu.

Terkait tujuan Pemkot Bandung membuka bioskop sebagai uapa menciptakan kebahagiaan non-fisik bagi warganya turut ditanggapi Staf Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad)  Bony Wiem Lestari, dr.

Menurutnya, sejauh initidak ada hubungan antara membuka bioskop dengan kemudian bisa meningkatkan imun. Ada efek atau engganya terhadap peningkatan imun harus diuji terlebih dahulu secara ilmiah.

Bony menilai, pembukaan bioskop merupakan salah satu relaksasi ekonomi yang dilakukan oleh Pemkot Bandung. Namun dilihat dari aspek kesehatan resiko tertular covid-19 cukup besar.

Dia beralasan,  berdasarkan hasil penelitian epidemiologi tempat tertutup berpotensi terjadi penularan. Sebab, ventilasi sangat kurang.

Selain itu, lamanya durasi menonton film sendiri bisa berisiko juga. Makin lama orang ada di tempat yang tertutup, makin tinggi tentunya risiko tertularnya.

Untuk itu, seharusnya sebelum dilakukan kebijakan terlebih dahulu ada analisis risiko atau risk assessment yang bertujuan untuk mengantisipasi penyebaran covid-19.

“Analisis risiko yang dikerjakan mencakup dari keselamatan dari staf atau orang-orang yang bekerja di bioskop itu sendiri. Seperti petugas penerima tiket, penjual makanan,’’kata dia.

Kedua, setelah ada protokol, perlu juga diuji karena ada hal-hal tertentu yang berpotensi juga untuk terjadi antrian atau kerumunan. Untuk itu, Pemkot Bandung harus belajar dari munculnya klaster pabrik, perkantoran, ataupun pesantren.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan