Kepokmas Meroket, Pemerintah Kecolongan dalam Monitoring Harga

BANDUNG – Harga kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) di beberapa pasar di Kota Bandung kembali meroket.

Nori Fitriyah, penjual sayuran di Pasar Cihaurgeulis Sukaluyu, Cibeuying Kaler, Kota Bandung, mengatakan kenaikan terjadi sudah dua minggu ini.

“Yang naik tinggi harga cabai tanjung, dari Rp 30 ribu per kilogram naik jadi Rp 60 ribu per kilogram. Naiknya tidak bertahap, tapi langsung tinggi 100 persen,” sesal Nori kepada Jabar Ekspres, Selasa (20/10).

Ibu yang mengaku sudah dagang di Pasar Cihaurgeulis sejak masih duduk di bangku SMA ini mengungkapkan, selain cabai tanjung, cabai merah kriting juga mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. “Dari Rp 15 ribu-Rp 20 ribu per kilogram. Sekarang sudah Rp 40 ribu per kilogram,” katanya.

Serupa dengan temannya, cabai merah kriting juga sudah naik, sejak dua minggu. Kenaikan, tambah Nori, juga dialami oleh bawang merah, dari Rp 20 ribu per kilogram kini harganya sudah Rp 28 ribu per kilogram. “Jualnya Rp 30 ribu per kilogram. Nggak ambil untung banyak, hanya Rp 2 ribu per kilogram saja,” ungkapnya.

Untuk harga bawang putih dan bawang merah, jelas Nori, tidak mengalami kenaikan harga. “Harganya tetap Rp 20 ribu per kilogram,” paparnya.

Sementara itu, Yunengsih, pedagang telur ayam menambahkan sudah seminggu ini, harga telur ayam boiler juga mengalami kenaikan, dari Rp 20 ribu per kilogram menjadi Rp 24 ribu.

Sementara temannya, telur ayam kampung turun harga, dari Rp 25 ribu per kilogram, sekarang dijual antara Rp 22 ribu sampai Rp 23 ribu per kilogramnya. “Telur bebek harganya juga turun Rp 3 ribu per butir menjadi Rp 2.500 per butirnya,” tambahnya.

Walau harga telur ayam kampung dan telur bebek turun, pembeli menurut Eneng panggilan akrabnya, bukannya bertambah tetapi turun juga. Nasib yang sama juga dialami telur ayam boiler.

“Udah sejak awal Covid-19, pasar sepi. Jadi pemasukan menipis. Hampir setengahnya, kalau sebelumnya omset bisa mencapai Rp 5 juta, sekarang paling hanya Rp 2,5 juta,” ungkapnya.

Menurut pemasoknya, jelas Eneng, ini terjadi karena bandar sekarang lebih senang kirim barang ke warung dari pada ke pasar. “Itu makanya pembeli sepi. Mereka lebih senang beli ke warung dari pada ke pasar. Kalau dihitung ongkos ke pasar, harga jadi lebih murah di warung,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan