Kedua Orang Tua Positif  Korona, Tiga Bocah Kecil Terpaksa Menginap di RSUD Cililin

BANDUNG BARAT – Malang benar nasib ketiga bocah ini, mereka dating bertiga ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cililin untuk menjenguk ibu dan neneknya yang di isolasi karena positif terkena Virus Korona.

Keluarga asal Desa Batujajar, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, menenteng keresek hitam masuk ke RSUD Cililin.

Mereka  terpaksa menginap di rumah sakit tersebut sambil menunggu Ibunya yang terbaring tak berdaya. Sementara sang ayah sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) karena sakitnya bertambah parah.

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Hernawan, membenarkan kabar itu.

Anak-anak itu terpaksa menginap di rumah sakit karena mereka sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi.

Kerabat dan tetangga di sekitar kediaman korban merasa ketakutan dan khawatir jika harus mengurus ketiganya.

Dengan pertimbangan sosial dan medis, akhirnya ketiga anak yang berusia 12 tahun, 7 tahun, dan 4 tahun itu dibawa ke rumah sakit untuk dirawat dan juga melakukan isolasi.

“Pertimbangannya selain sosial karena mereka tidak ada yang mau merawat, tapi juga medis. Memang kita sudah telusuri saudara dan warga, memang mengaku takut terpapar corona juga, Akhirnya dibawa ke rumah sakit,” ujar Hernawan saat dihubungi, Minggu (5/4).

Dia menuturkan, ketiga anak itu sudah menjalani rapid test. Hasilnya, si bungsu ternyata dinyatakan positif Corona Virus.

“Jadi alasan lain mereka dirawat di rumah sakit, karena mereka sudah kontak dengan orangtua yang positif. Terbukti, hasilnya anak paling kecil positif Corona Virus juga,” terangnya.

Untuk memastikan kondisi si bungsu dan ibunya yang masih berstatus PDP, keduanya sudah melakukan Swab Test dan tinggal menunggu hasilnya keluar.

“Agar lebih pasti lagi, harus berdasarkan hasil swab test. Sekarang kami sedang tunggu hasilnya. Untuk neneknya positif corona virus, tapi sekarang kondisinya sudah membaik, sesak nafasnya mulai berkurang,” jelasnya.

Soal kekhawatiran berlebih yang dirasakan warga, Hernawan mengaku hal tersebut kemungkinan juga akibat tidak masifnya sosialisasi dan edukasi yang disampaikan pada masyarakat.

“Wajar masyarakat takut merawat keluarga PDP bahkan yang positif namun isolasi di rumah, tapi tidak sampai menelantar juga seharusnya. Mungkin edukasi dan sosialisasi tidak sampai ke masyarakat,” tandasnya. (mg6/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan