Geluti Ikan Hias Cupang Saat Pandemi, Dari Hobi Jadi Bisnis Menguntungkan

Banyak cara untuk terjun ke dunia bisnis yang mampu mengumpukan pundi-pundi uang. Hal itu dirasakan oleh Ilham Fakhruddin seorang mahasiswa lulusan Universitas Islam Sunan (UIN) Gunung Djati Bandung dengan mengoleksi ikan hias cupang.

Laporan Najib Zain, Kota Bandung, Jabar Ekspres

Sempat buming di awal tahun 2000-an, ikan hias cupang kini berganti wajah menjadi industri yang sebelumnya muram dan tenggelam di tengah tren baru.

Ilham, semula ia hanya mengisi waktu luang di tengah proses pengerjaan skripsi bersama dua kawannya, yakni Muhammad Rajiv dan Muhammad Fakhri Fasya, bahkan mereka tak membutuhkan waktu lama untuk kemudian segera panen, yang sebelumnya dimulai dari iseng mengawinkan ikan cupangnya itu.

Dari sanalah Ilham berniat untuk menjual sebagian ikan yang dimilikinya. “Awal mula terbentuknya bisnis ikan hias cupang ini sebetulnya bukan diniatkan, tapi hanya sekadar hobi mengisi waktu luang saat mengerjakan skripsi dulu, lalu iseng-iseng ngebreed (mengawinkan), ternyata berhasil dengan hasil yang lumayan banyak, ada sekitar 70-90 ekor waktu awal panen. Dari situ mulai berpikir untuk menjualnya, karena ikan semakin banyak,” kata Ilham seraya menceritakan awal mula hobinya saat ditanyai di kediamannya di Cilengkrang, Cibiru, Kota Bandung pada Rabu (18/11).

Ikan cupang adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah berbagai negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Vietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya.

Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar. Di Indonesia terdapat cupang asli, salah satunya adalah betta channoides yang ditemukan di Pampang, Kalimantan Timur.

Ikan cupang adalah salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume air sedikit dan tanpa adanya alat sirkulasi udara (aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup.

Cupang, seperti halnya tren yang serba baru di tengah pandemi, bertransformasi menjadi peluang bisnis yang menggiurkan. Ilham, mengaku sudah lebih dari satu tahun melakoni hobinya ini, meski terhitung anyar, pendapatan yang ia dan kawannya dapatkan terbilang tinggi, dengan omset mencapai Rp 2.000.000 dalam waktu yang tak tentu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan