Format Dua Wilayah Rugikan Persib

BANDUNG – PSSI terus berikir keras karena dituntut tetap menggulirkan Liga 1 dan Liga 2 2020 untuk mengjaga iklim kompetisi para pemain sepakbola meski mendapat penolakan dari pihak kepolisian yang enggan mengeluarkan izin keramaian.

Beberapa opsi telah ditawarkan klub-klub peserta dalam Extraordinary Club Meeting pekan lalu di Yogyakarta terkait kelanjutan kompetisi. Ada tiga opsi yang mencuat ke permukaan, yakni format kompetisi dua wilayah, format setengah kompetisi, dan format turnamen untuk melanjutkan Liga 1 2020.

Sementara Ketua Umum PSSI M Iriawan sendiri sudah mengumumkan bahwa kompetisi sepakbola Tanah Air akan restart 1 November, atau paling lambat 1 Januari 2021. Namun sepertinya rencana tersebut akan sulit terealisasi lantaran Polri tetap pada pendirian.

“Tentunya itu adalah sesuatu yang harus didiskusikan saya pikir. Karena jika liga diputuskan kembali dimulai pada Januari maka klub akan dibagi menjadi dua wilayah yang tiap grupnya diisi sembilan klub. Dan nantinya akan ada babak playoff 8 besar hingga ditentukan juaranya,” kata pelatih Persib, Robert Alberts dilansir dari republikbobotoh.com, Selasa (20/10).

Format dua wilayah dirasa Robert sangat tidak adil lantaran sebelum Liga 1 2020 dihentikan seluruh tim sudah memainkan tiga laga, dimana Persib menjadi pemuncak klasemen dengan mengumpulkan poin sempurna.

“Jadi apa yang terjadi pada tiga laga awal musim ini. Tentunya ini tidak adil untuk tim yang sudah mendapat banyak poin, tapi kami juga tidak bisa hanya melihat pada tim sendiri. Kami harus melihat dari sudut pandang sepakbola Indonesia, dan kami selalu bekerjasama untuk urusan perkembangan sepakbola di Indonesia,” tuturnya.

Meski begitu, Robert memilih bijaksana. Dia berharap PSSI bisa meyakinkan pihak Polri dan dunia bahwa kompetisi di Indonesia bisa tetap berjalan di tengah pandemi Covid-10 lantaran menjadi tuan rumah World Cup U-20 2021 mendatang.

“Karena akan ada Piala Dunia U-20 2021 dan kami harus memperhatikan juga motivasi pemain. Tapi untuk ini (nasib poin yang sudah didapat) tentu harus didiskusikan lagi soal apa yang adil dan yang tidak. Tapi gambaran terbesarnya adalah melihat sepakbola Indonesia,” pungkasnya. (bbs/tur)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan