E-Voting Pilkada Ditentang

BANDUNG – Wacana peru­bahan sistem pemilihan langs­ung dari konvensional menu­ju digital (E-Voting) tidak serta merta bisa dilakukan dalam waktu singkat. Hal itu disampaikan Pengamat Komu­nikasi Politik Universitas Komputer (Unikom) Bandung, Adiyana Slamet.

Menurutnya, bicara E-Voting tak hanya soal kelengkapan infrastruktur saja, melainkan dibutuhkan juga sosialisasi kepada masyarakat dan pe­latihan petugas lapangan.

“Memang bukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan bagi bangsa kita, untuk me­rubah mekanisme pemilihan umum di segala tingkat dari yang konvensional menjadi digital. Hanya saja, hal ini perlu adanya adaptasi, sosia­lisasi, dan pelatihan bagi pe­tugas lapangan di samping penyiapan infrastukturnya itu sendiri,” kata Adiyana di Bandung, Jumat (23/10).

Disinggung apa saja manfaat dan permasalahan yang harus diantisipasi jika wacana ini direalisasikan, Adiyana men­jelaskan berbagai manfaat bisa dirasakan, namun ada ancaman juga dibaliknya.

“Kalau manfaatnya dari E-Voting ini pasti sangat ba­nyak, mulai dari penghema­tan biaya setiap menggelar pesta demokrasi, kemudahan bagi masyarakat dalam me­nyalurkan hak pilih mereka, pemangkasan waktu dalam penentuan pasangan calon terpilih,” jelasnya.

“Akan tetapi ada permasalahan yang harus diperhatikan juga di dalamnya, seperti keamanan data base dari masyarakat. Se­bab berkaca dari kejadian be­berapa tahun silam di Amerika ketika pemilihan presiden yang mempertemukan Donald Trump dan pesaingnya pada saat itu Hillary Clinton, data base Fa­cebook sebagai platfrom digital terbesar, bisa ditembus. Ini ha­rus menjadi perhatian serius,” lanjutnya.

Dirinya memprediksi jika E-Voting ini direalisasikan idealnya pemerintah mem­butuhkan waktu minimal 4 tahun untuk membiasakan serta mengoptimalkan me­kanisme ini.

“Kalau prediksi minimal sekitar 4 tahun E-Voting ini baru siap digunakan jika me­mang akan dilakukan peru­bahan,” terangnya.

Sementara itu, DPD Partai Golkar Jawa Barat (Jabar) me­nilai wacana dan sarana peng­gunaan E-Voting di Pilkada 2020 terlalu mepet. Pasalnya, waktu penyelenggaraan Pilkada ter­lalu mepet dan akan dilaksana­kan 9 Desember mendatang.

Ketua DPD Partai Golkar, Ade Barkah Surahman mengatakan Indonesia belum memiliki piranti atau perangkat yang mendukung untuk penggu­naan sistem E-Voting. Untuk saat ini, lanjut dia, cukup dengan mematuhi protokol kesehatan di pagelaran nantim

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan