Covid Apalagi

Berundinglah sesama pengusaha hotel. Dengan moderator PHRI. Mana hotel yang ingin berubah sementara. Mungkin perlu juga berkoordinasi dengan pemda setempat. Siapa tahu ingin menunjuk beberapa hotel sebagai asrama sementara para juru rawat dan tenaga medis.

Para petani, mulailah menanam buah dan sayur. Tomat, cabai –cabai itu vitamin C-nya tinggi sekali, tapi jangan sampai ada yang bikin jus cabai –terong dan apa pun.

Yang hidup di kota, mulailah tanam sayur di pot-pot. Atau tanam sirih. Atau apa pun. Jangan tanam bunga. Pesta pengantin banyak yang ditunda. Salaman akad nikah pun sudah pakai perantara tali.

Pedagang asongan, kelilinglah membawa barang yang diperlukan saat ini: odol, sikat gigi, sabit, sanitasi, dan sebangsanya. Anda bisa menggantikan Indomaret dan Alfamart.

Pelayan-pelayan restoran bersatulah. Bikinlah usaha layanan kirim makanan, sayur, menu-menu makan lainnya. Buatlah paguyuban di setiap sektor hunian. Saatnya kini kalian jadi pengusaha: ada tim yang masak, ada tim yang posting di instagram, ada tim yang antar makanan.

Di Tiongkok selama Covid-19 terjadi perubahan besar-besaran. Konsumen berubah. Penuhilah keperluan perubahan itu.

Berhentilah bikin TikTok –kecuali memang kocak sekali.

Tinggalkan HP di bawah ranjang selama 6 jam sehari –dengan pura-pura lupa.

Pokoknya move on.

Percayalah tidak ada lagi info tentang Covid yang baru. Atau yang lebih luas dari yang sudah Anda ketahui.

Menunggu angka baru berapa yang mati?

Untuk apa? Apakah Anda menyamakan naiknya angka kematian dengan bertambahnya gol ke gawang Liverpool oleh Atletico Madrid?

Apakah Anda menganggap Covid-19 sama dengan Liga Champions yang skornya harus diikuti?

Mulailah tinggalkan depresi. Mulailah hidup gembira. Tung Desem Waringin saja terus bergembira di kamar perawatan Covid-19.

Saya kutipkan prinsip hidup sehatnya. Termasuk di saat sakit hari-hati ini. ”Orang gembira tidak bisa khawatir. Orang khawatir tidak bisa gembira,” tulisnya di WA yang dikirim ke saya dari kamarnya di rumah sakit.

Sambil diopname itu Tung Desem –yang sering nyebar uang dari udara itu– terus bernyanyi. Untuk dokter, untuk perawat, dan direkam juga di HP-nya untuk dikirim ke saya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan