Covid-19, Program Chickenisasi Tertunda

BANDUNG – Wabah pandemi Covid-19 turut berimbas pada program chickenisasi yang dicetuskan oleh Pemerintah Kota Bandung. Kendati demikian, Dinas Pangan dan Peternakan melalui UPT Pembibitan Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Kota Bandung menyalurkan anak ayam kepada para kelompok tani.

Koordinator UPT Pembibitan Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Kota Bandung, M Iqbal mengatakan selama program chickenisasi tak bisa dilangsungkan karena pandemi, anak ayam akan disalurkan kepada kelompok tani.

Penyaluran Chickenisasi belum dimulai karena kondisi lagi pandemi Covid-19, jadi anak anak sekolah belum pada masuk jadi masih terkendala oleh itu. Jadi untuk sementara permohonan bantuan dari kelompok tani. Atau misalkan RT RW kelurahan itu bisa mengajukan permohonan bantuan,” ujar Iqbal kepada Jabar Ekspres, Senin (3/8).

Lebih lanjut Iqbal mengatakan peternakan ayam yang terletak di Kampung Sekedangdeur, Kelurahan Cisurupan, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung ini tidak berfokus pada arah profit oriented atau keuntungan, melainkan pelayanan publik kepada masyarakat.

UPT ini juga sebagai media edukasi bagi masyarakat yang ingin belajar untuk bercocok tanam ataupun beternak. Kalau mau sharing atau menambah wawasan bisa ke sini,” paparnya.

Selama pandemi ada bantuan sekitar ada dOC di bulan Juni, sekitar 150-200 ekor yangg keluar dari UPT ke kelompok tani sama ke kelurahan RT RW diberikan gratis. Pemohon harus dalam bentuk kelompok, kalau perorangan belum bisa,” imbuhnya.

Berdasarkan penuturan Iqbal, ternak ayam ini baru dimulai pada April 2020. Saat ini jumlah ayam indukan betina 110 ekor sementara pejantan sekitar 200 ekor. Sebelumnya, lokasi peternakan tersebut merupakan tempat pengembangbiakan burung puyuh.

Iqbal juga mengungkapkan pihaknya sempat mengalami gagal panen karena telur tidak menetas sempurna dan menjadi anak ayam. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan mesin tetas.

“Sempet mengalami gagal panen. Misalkan khususnya di mesin tetasnya, pentasan, kita waktu itu mesin tetas masih terbatas. Awal awal memang produksi telur sudah lumayan banyak, sedangkan kapasitas mesin masih kurang lah,” ungkapnya.

Kendati demikian, Iqbal mengaku tetap berusaha dengan membuat mesin tetas sendiri.”Tapi Alhamdulillah kita juga berusaha bikin mesin tetas sendiri,” tambahnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan