Cerita Rohaeni Setelah Tiga Hari Disuntik Vaksin Sinovak

Menjadi pejuang membela Negara tak harus berperang. Apalagi mengerahkan senjata. Kini menjadi relawan vaksin Sinovak pun menjadi pejuang. Sebab, 1 banding 1.000 untuk menjadi relawan.

Erwin Mintara, Kota Bandung

Takut gagal, takut tidak mempan, takut dijadikan percobaan kini melanda opini warga Jawa Barat. Sehingga enggan untuk menjadi relawan Vaksin Covid-19.

Namun tidak untuk Rohaeni, 33. Ibu rumah tangga asal Gegerkalong, Sukasari, Kota Bandung itu dengan beraninya mendaftarkan diri menjadi relawan. Terlebih, dirinya ingin membantu negara supaya bisa menyelesaikan masalah pandemi ini.

Subuh tiba, suara kokokan ayam jantan membangunkan Rohaeni. Nada kokokannya seperti orasinya para pejuang.–Menggembar-gemborkan semangat berjuang. Untuk melaksanakan solat subuh.

Sekilas, dirinya terpikirkan menjadi relawan vaksin itu. Namun semangat dan keteguhannya mengubur semua ketakutan dan hasutan-hasutan dari opini yang beredar. Baik opini media, maupun opini tetangganya sendiri.

Pukul 8.30, ia hendak bersiap untuk berangkat ke tempat uji coba vaksin, tepatnya di Universitas Padjadajran (UNPAD), Kota Bandung. Dengan mengenakan baju coklat, berkerudung cream. Dirinyi berangkat bersama adiknya yang sama menjadi relawan.

Terlebih, Rohaeni bersama adiknya (Nina 32) berangkat menggunakan Angkutan Umum (Angkot). Dari jarak, menang lumayan jauh. –satu untuk sampai UNPAD.

Didalam perjalanan, semangatnya pun tak padam. Yang ada semakin berkobar-kobar. Sebab, dia berkeyakinan segala usaha akan membuahkan hasil. Ibarat kata: proses tak akan pernah mengkhianati hasil.

“Para dokter sedang berusaha. Jadi tidak memiliki keraguan untuk menjadi relawan. Saya percayakan kepada tim dokter,” ucapnyi kepada Jabar Ekspres, Kamis (13/8).

Saking semangatnya, ibu beranak satu itu mengaku menjadi relawan vaksin belum pernah sebelumnya. Namun, tekad untuk membantu negara menjadi doping untuk terus maju menjadi relawan.

“Belum pernah, ini pertama. Saya berniat ingin corona cepat selesai di dunia, khusunya di Indonesia. Serta bisa bisa membantu pemerintah,” ujarnyi.

Tiba di UNPAD, dirinyi langsung masuk dan segera di check. Baik kesehatan. Sambil menunggu nomor panggilan, dirinya terus berdoa agar Covid-19 segera selesai.

“Saya dapat antrian nomor 8. Sampai disitu tidak takut. karena sudah dites segalanya. Jadi buat apalah takut, paling nanti kalau ada sesuatu di tim dokter pasti akan membantu lagi,” katanyi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan