BPS Kota Bandung Bakal Verifikasi Sensus Penduduk Secara Offline

BANDUNG – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung Aris Budiyanto mengungkapkan penduduk yang telah melakukan sensus secara online (daring) akan diverifikasi secara offline dari rumah ke rumah. Menurutnya, hal tersebut dilalui guna mengetahui dinamika penduduk.

”Penduduk yang ikut online dan tidak online semuanya tetep diverifikasi, karena untuk mengetahui dinamika dari kependudukan,” ujar Aris di Pendopo Kota Bandung, Rabu (16/9).

”meski sudah sensus secara online tapi kami cek lagi apakah pada posisi bulan September itu ada perubahan atau tidak,” tambahnya.

Aris menilai dua langkah tersebut ditempuh karena dinamika masyarakat yang tinggi. Dimana terdapat kelahiran, dan kematian, masyarakat yang pindah dan juga datang.

”Itu kan menjadi penerima pembangunan, kan ke arah situ. Jadi nanti diketahui penduduk de jure dan de facto,” jelasnya.

Aris mengatakan, saat ini target seluruh Kota Bandung ada 10 ribuan SLS (Satuan Lingkungan Setempat). Dari 2,5 juta penduduk yang terdata tahun 2019 lalu, masyarakat yang sudah mengikuti sensus penduduk secara online yakni 583 ribu atau sekitar 22.18 persen.

”Target pelaksanaan sebetulnya 15 hari kalender, tapi waktunya sampai 25 September 2020,” tutur Aris.

Sementara itu, Wali Kota Bandung, Oded M. Danial menjadi salah satu warga Kota Bandung yang turut mengikuti Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Menurutnya, proses pendataan hanya memverifikasi kartu penduduk yang dimilikinya.

”Kebetulan mang oded hari ini menjadi termasuk yang didata. Pendataan itu kalau menurut pak Aris Ketua BPS Kota Bandung, jadi hanya memverifikasi apa yg ada di dalam kartu penduduk mang Oded, sama atau tidak,” ungkapnya.

Lebih lanjut Oded mengungkapkan saat ini dia tengah berkumpul dengan seluruh anggota keluarganya mengingat situasi pandemi Covid-19. Dua orang anaknya yang sedang menempuh pendidikan pesantren di luar kota, saat ini berada di Bandung karena masih mengikuti sistem pembelajaran jarak jauh.

”Saya di sini cuma tinggal 5 orang, yaitu saya, Umi, anak tiga. Satu di sini dan yang dua sesungguhnyadi pesantren. Satu di Subang dan yang bungsu di Tasikmalaya. Tapi karena sekarang lagi pandemi Covid-19 jadi masih kumpul. Mungkin kalau besok-besok sudah mulai lagi ya ke pesantren lagi,” pungkasnya. (mg7/ziz)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan