Begini Alasan Warga Hegarmanah Menolak Rencana Pendirian RS Darurat di Hotel Grand Serela

BANDUNG – Adanya rencana untuk mengubah Hotel Grand Serela menjadi Rumah Sakit Darurat untuk penanganan pasien covid-19 disebabkan belum adanya sosialisasi dari pemerintah.

Saat ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan ketika wabah Virus Corona (Covid-19) meningkat, rencananya Grand Hotel Selera di Cihampelas menuai perotes warga setempat.

Salah seorang warga RW08 Kelurahan Bayu Marindro, 35 mengatakan, warga disini merasa khawatir akan tertular virus korona. Belum lagi, limbah rumah sakit nanti dikhawatirkan akan mencemari pemukiman warga.

“Virus ini sudah sangat menyebar ya, ini juga berbeda dengan Ruma Sakit Rotin Sulu pada umumnya kalau Rumah Sakit kan udah ada pengelolaan limbahnya,’’kata dia.

Dia menuturkan jika rencana tersebut jadi diwujudkan pengelolaan limbah rumah sakit harus diperhatikan, jangan sampai warga malah tertular korona.

“Kita tidak ingin kel;uarga kita tertular korona,”ungkapnya lagi.

Untuk itu, dia meminta agar pemerintah untuk mempertimbangkan kembali rencana kebijakan pembuatan RS darurat itu.

Sementara itu, Camat Kecamatan Cicadap Hilda Hendrawan mengatakan, penolakan warga 03 Kelurahan Hegarmanah, sudah diketahuinya.

Menurutnya, di RW 03 ada sekitar 3 ribu warga mereka bersepakat menolak usulan tersebut sebab tidak ada sosialisasi oleh pemerintah baik pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Bandung.

“Betul ada penolakan karena merasa tidak ada sosialisasi, tadi pemberitahuan dalam kondisi ini pasti panik,” ujar Camat Kecamatan Cicadap Hilda Hendrawan saat dihubungi Jabar Ekspres, Senin (23/03).

Akan tetapi setelah dilakukan sosialisasi bersama Forkompimda bersama warga, berdasarkan penjelasan Gubernur Jawa Barat Hotel akan dijadikan simulasi dan skenariotik ketika ruang sakit rujukan di Pemerintah Kota Bandung sudah penuh.

” Ya misalnya seperti di Jakarta di Wisma Atlet yang dijadikan Rumah Sakit rujukan yang mencontohi di Italia dan China, jadi pemanfaatan itu terjadi ketika ada skenario terburuk ketika semua rumah sakit penuh.

Hilda mengatakan, penolakan itu terjadi karena ada pemberitaan dari media. Sehingga, warga setempat belum mengetahui informasi secara utuh.

Untuk itu, dia menghimbau kepada warga agar mencabut sepanduk yang telah dipasang ditakutkan menimbulkan multitafisir bagi warga lain.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan