Badai PHK Merajalela

BANDUNG – Dampak dari pandemi virus korona sangat luar biasa dirasakan oleh warga Jawa Barat (Jabar). Korban pemutusan hubungan kerja (PHK) terus bertambah setiap bulannya selama korona terjadi yang hampir menginjak bulan ke empat ini.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Barat (Jabar) bergerak cepat untuk memberikan motivasi kepada masyarakat terdampak Covid-19 agar bangkit supaya ekonomi kembali pulih.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Barat (Jabar), Mochammad Ade Afriandi menyatakan, melalui pelatihan refocusing tanggap Covid- 19, sebagai upaya untuk membantu masyarakat yang terdampak korona.

Ade melaporkan, saat ini ada 17.300 pekerja Jabar menjadi korban PHK dan 78.992 pekerja di rumahkan selama pandemi COVID-19. Kemudian, sekitar 5.573 Pekerja Migran Indonesia asal Jabar mengalami repatriasi.

Disnakertrans Jabar pun menyediakan layanan asistensi bagi pekerja yang dirumahkan dan terkena PHK untuk mendaftar Program Kartu Prakerja di UPTD dan Balai Latihan Kerja (BLK) Disnakertrans Jabar.

“Tapi, kami tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi bagi pendaftar LAUK-PK yang dinyatakan lulus seleksi dari Jabar, termasuk pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan bagi yang lulus,” kata Ade, Minggu (7/6).

“Akibat pandemi COVID-19 ini banyak sekali masyarakat yang mengalami masalah khususnya di sektor ekonomi. Sehingga banyak masyarakat yang kehilangan usaha. Melalui pelatihan refocusing sebagai upaya membangkitkan kembali ekonomi warga,” katanya.

Ade menjelaskan, tujuan dari kegiatan yang berlangsung selama 10 hari ini adalah untuk memberikan keterampilan dasar bagi peserta pelatihan.

“Membantu pencegahan dan penanganan dampak Covid-19, pemberdayaan masyarakat yang terdampak Covid-19, meningkatkan ketahanan ekonomi melalui pemberian insentif berupa uang saku bagi peserta pelatihan,” jelasmya.

Menurutnya, pelatihan ini menjadi model baru karena didalam pelatihan tersebut para peserta bisa berlatih, bekerja dan beramal.
“Para peserta selain mendapat ilmu dan perspektif baru di dalam bidang kuliner juga bisa beramal karena makanan hasil praktek pelatihan mereka akan didistribusikan untuk masyarakat yang membutuhkan utamanya bagi yang terdampak pandemi,” ungkapnya.

Kendati demikian, Ade berharap bahwa pelatihan ini bisa menjadi Re/Up Skilling utamanya bagi mereka yang usaha informal di bidang kulinernya terdampak Pandemi Covid-19.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan