Toang, Lubang, dan Perempuan

“Lo! Kenapa ini?” seru ibu penasaran, “baru ketemu sudah ribut, kakek dengan cucu, tak elok dilihat orang?”

“Dasar bocah sinting! Ajari anakmu bersopan santun! Dia bilang aku baru bercinta dengan telembuk.”

“Benar begitu, Nang[4]?” Ibu memeriksa kata-kataku.

“Bukannya toang itu tempatnya telembuk, Bu?”

Mendengarku, ibu tergelak. Sementara wajah kakek yang yang keriput berubah mengendur. Tampak seulas senyum merekah di bibir mereka, lalu keduanya tertawa. Menertawakan kejadian yang jika aku mengingatnya, kelucuan itu tak ada habisnya.

“Dasar bocah gemblung[5]! Toang itu bukan tempat mesum,” ucap Kakek antara kesal dan tertawa.

“Tapi, banyak warung dan perempuan cantiknya, Kek?”

“Ya, tidak semua, Nang. Tapi ada benarnya juga jika Toang bermakna begitu.”

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang semula baik-baik saja, kini seperti berkutu dan berketombe. Gatal.

/2//

GAMBARAN Toang memang terkesan demikian. Tempatnya di sepanjang jalan raya Pantura. Jauh dari pemukiman penduduk. Penuh warung-warung yang setiap malam hanya diterangi lampu yang remang. Makanya ia disebut warem[6]. Ada pula karena warung itu terletak di Toang ia dinamai Warto[7]. Isinya menjajakan dada dan paha dongdot[8] yang bisa dilihat gratis tiap kali melintasi jalur pantura. Biasanya di malam hari.

Dan malam ini kau dan aku terjebak di Toang. Motor yang kau naiki masuk lubang. Sudah kuingatkan agar tak meleng di jalan Pantura yang tak pernah mulus itu. Bayangkan! Sebulan diaspal sudah bergelombang. Dihujani semalam saja, puluhan lubang menganga. Entah bagaimana kalau sebulan diguyur hujan. Pantura akan seperti wajah orang kena cacar. Penuh dengan lubang bopeng. Maka menyaksikan motor masuk lubang, korban yang jatuh dan terlindas mobil bukan sesuatu aneh. Pantura kerap menjadi sirkuit celaka bagi pengendara bermotor.

Aku dan kau berniat weekend. Sabtu tanggal merah dan hari minggu libur membuat urusan keluarga menjadi pilihan utama. Menengok anak dan istri di kampung, merupakan penantian yang senantiasa dirindukan tiap hari. Kesibukan sebagai karyawan pabrik garmen di Bekasi, membuat pertemuan dengan mereka menjadi impian yang begitu indah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan