Terinspirasi dari Bon Jovi, Dikki Dobrak Stigma dengan Kerja Keras

JAKARTA– Dari jutaan siswa SMA di Indonesia, mungkin cuma segelintir orang yang bertekad demi mewujudkan kuliah tanpa biaya dari orang tua. Salah satunya adalah Dikki Wahyu Afandi. Empat tahun lalu, Dikki berjanji kepada ibunya untuk bisa kuliah dan menanggung seluruh biayanya sendiri. Beberapa bulan lagi, tepatnya Desember tahun 2019, Ibu Dikki akan menyaksikan buah pembuktian anaknya. Ya, Dikki akhirnya akan wisuda, ia menepati janjinya.

Dikki adalah seorang mahasiswa yang bekerja sambilan sebagai mitra pengemudi layanan roda dua GrabBike. Berbagai rintangan untuk menuntut ilmu dan mencapai cita-citanya ia jalani bermodalkan ikhlas dan kerja keras.

Sebelum menjadi mitra pengemudi GrabBike, Dikki sejak SMA belajar mandiri untuk menghidupi dirinya sendiri. Ia berjualan gorengan dan tidak malu akan hal itu. Selain untuk kebutuhan sehari-hari, hasil keringatnya selalu ia berikan untuk ibu dan adiknya.

Dikki, yang merupakan anak pertama dan menjadi yatim sejak kelas 1 SMP, sadar bahwa dirinya harus menjadi teladan bagi adiknya. Selain itu, dia juga harus menjadi tulang punggung keluarga untuk membantu perekonomian keluarga, ketika ibunya bekerja keras di bidang konveksi.

Saat memasuki dunia kampus, Dikki—yang baru menyelesaikan studi di jurusan Sejarah Peradaban Islam dan tinggal menunggu diwisuda—masih berjualan gorengan di sela-sela kuliahnya kala itu. Hal tersebut ia lakukan semata-mata agar terus bisa melanjutkan kuliah. Meski harus berjualan gorengan, Dikki tetap percaya diri melakoninya, karena ia berpikir selagi tidak merugikan kehidupan orang lain di sekitarnya.

Saat kuliah, Dikki bisa berjualan di kampus. Namun, ketika akhir pekan dan libur semester, ia kebingungan mencari penghasilan untuk biaya kuliah dan sehari-hari.

“Ada saat-saatnya saya tidak jualan, saat kampus libur tiga bulan, saya bingung harus kerja dari mana. Biaya sehari-hari, biaya motor, segala macem, harus dibayar dari mana?” kata Dikki.

Memasuki tahun 2018, di tengah himpitan ekonomi, Dikki tak sengaja ‘berkenalan’ dengan Grab. Kakak salah seorang teman baiknya yang memperkenalkan Dikki kepada Grab.

“Masuk Grab tidak sengaja. Dulu di kampus saya jualan gorengan. Kemudian bertemu dengan kakak teman dekat yang jadi driver Grab. Setelah beliau cerita, dari situ saya tahu Grab itu seperti apa, ojek online itu seperti apa. Ternyata penghasilannya lumayan. Enakeun  (sangat menguntungkan). Baguslah buat ngisi-ngisi waktu luang,” ujar pemuda asal Cicalengka ini dengan logat Sundanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan