Tantang Buas Buktikan Pemalsuan Beras Bulog

“Kita kan tahu gudang-gudang Bulog berada hampir di seluruh Provinsi di Indonesia, jadi bisa saja Pemerintah mengatur itu, sehingga beras-beras yang ada di Gudang Bulog bisa tersalurkan,” tuturnya.

Ia mengatakan, kualitas beras BPNT Medium dan ke atas juga harus tetap terjaga. Sementara jika beras menumpuk terlalu lama di Gudang maka akan terjadi penurunan kualitas. “Harus di cek dulu data di Bulog, apakah beras yang kualitasnya menurun itu ada di Gudang-gudang sehingga tidak bisa disalurkan ke BPNT,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Centre For Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menduga masih jauhnya penyerapan penyaluran beras Bulog lewat program BNPT lantaran kesalahan di internal. Oleh karena itu, Bulog harus memperbaiki sistem yang ada.

“Itu bisa karena dananya bisa juga karena internal Bulognya yang jelek. Perencanaan Deputinya yang jelek. Yang pertama yang harus diperbaiki adalah sistemnya. Jangan mau dibebani oleh impor segala,” katanya.

Kedua, lanjutnya, Bulog kalau ingin maju harus dicari kepemimpinan yang bagus. Jadi kepemimpinan yang mau mengambil risiko untuk dirinya sendiri dan untuk melayani masyarakat.

Bulog sejatinya diberikan jatah untuk menjadi penyedia beras BPNT 2019 sebanyak 100 persen oleh Kementerian Sosial (Kemensos) selaku penyelenggara BPTN, dari sebelumnya sebanyak 30 persen. Namun hal itu tidak sepenuhnya terealisasi, sampai saat ini Bulog masih juga berhadapan dengan distributor beras dari pemasok lainnya.

Sebelumnnya Buwas mengatakan ada pemalsuan merek beras. Di karung beras terlihat merek premium, namun nyatanya distributor menjual kualitas medium. Selain itu, dalam temuan timnya, dari 3000 e-Warong, sekitar 300 adalah e-Warong ‘siluman’. Ia juga mengungkap kegeramannya setalah beredarnya tudingan yang menyebut beras BPNT Bulog bau dan berkutu.

“Kalau beras bulog viral bau, itu hanya ingin membangun opini bahwa eras Bulog jelek,” kata Buwas.

Ia mengaku bahwa Bulog baru menyalurkan sekitar 30 ribu ton beras dari penugasan 700 ribu ton untuk program BPNT 2019.

“Perintahnya seratus persen, tapi nggak bisa. Bayangkan, satu bulan pertama seharusnya mininal 130 ribu ton, tapi faktanya sekarang masih 30 ribu ton, yang lainnya dikuasai sama sontoloyo-sontoloyo ini,” katanya. (fin/yan).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan