Stok Beras di Musim Kemarau Aman

BANDUNG – Dinas Pertanian dan Pangan Kota Bandung memastikan stok persedian beras untuk warga kota Bandung relatif aman di musim kemarau ini.

Kabid Ketahanan Pangan Dispangtan Kota Bandung Usep Awaludin menuturkan, untuk menutupi kekurangan stok beras, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bulog. Sehingga, persediaannya mencukupi.

Dia mengakui, untuk mencapai swasembada pangan di Kota Bandung sangat sulit. Sebab, luas lahan pertanian di Kota Bandung sangat tidak memadai.

’’Lahan tersedia sekitar 600 Hektar berada di wilayah Bandung Timur Ujung Berung, Rancasari dan lain-lain,’’jelas Usep kepada wartawan Selasa, (8/10).

Sedangkan pembagian hasil lahan abadi 30 persen untuk pemkot dan 70 persen untuk penggarap. Pihaknya saat ini memfokuskan kesedian pangan agar tercukupi bagi komoditi pokok segar. Ia menambahkan , harga komoditi masih stabil meskipun dilanda kemarau.

“Komoditis strategis beras masih stabil, belum ada permintaan tinggi, belum ada efek daripada cuaca mempengaruhi pangan,”paparnya.

Ksatabilan tersebut menurutnya, tersedianya stok beras di bulog masih aman, bahkan pemasukan beras tetap aman sampai bulan mei-juni 2020.

“Namun diperkirakan terjadi telat panen disebabkan ada pergesaran penanaman, yang biasanya awal tahun 2020 sudah panen tapi itu tidak menjanjikan, karena musim kemarau belum habis,”tambahnya.

Pihaknya juga fokus di ketersedian pangan karena jangan sampai lebih kecil daripada konsumsi. Oleh karena itu, pihaknya menempuh berbagai upaya strategi.

“Ada Operasi Pasar Martabat (OPM) bekerjasama dengan bulog, Tim Penangan Inflasai Daerah dalam PD, dan bekerjasama dengan BI Kanwil Jabar mengadakan kampung anti inflasi, BI memberi bibit cabe dan lain-lain,”tuturnya.

Selain itu juga Kasie Ketahanan Pangan Kota Bandung Drh Ermariah menyampaikan, pemeriksaan pada hewan mengandung bahan bahaya pada hasil triwulan II.

“Kita menemukan 9 kasus dari 4584 sampel , ada kasus pencemaran, formalin, borak pada produk ikan asin dan tri, dan pada udang dan ebi dan kikil.

Penambahan zat kimia juga terjadi pada kikil dan udang, pada hasil triwulan III juga berdasarkan 3124 sampel pihaknya juga menemukan 9 kasus tapi berbeda jenis.

“Semua positif mengandung salmonella bakteri yang biasa ada pada usus atau jeroan isi usus dari hewan sapi dan ayam tapi juga pada air,”pungkasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan