Sistem Industri 4.0 Butuh Dukungan

BANDUNG – Kalangan industri di Indonesia sudah harus bersiap memasuki era industri 4.0. Hal ini dilakukan agar dunia industri di Indonesia tidak tertinggal dengan negara lain.

Ketua Balai Besar Keramik  Gunawan mengatakan, untuk melangkah ke arah industri 4.0 para pelaku industri sebetulnya dalam tahap persiapan. Bahkan untuk industri di bidang keramik sudah ada yang memulainya.

‘’Untuk itu pada acara ini, Balai Besar Keramik menggelar diskusi bersama pelaku industri keramik dan kaca untuk berbagi informasi dan sharing session dengan para pelaku industri lainnya,’’kata Gunawan kepada wartawan ketika ditemui di Hotel El Royal kemarin, (24/10).

Ditempat sama Ketua Asosiasi Aneka Keramik Indonesia  (AAKI) Eddy Suyanto mengatakan, industri keramik di Indonesia sebetulnya sudah menerapkan automation. Artinya dari proses awal sampai akhir industri keramik sudah menggunakan teknologi terbaru.

Akan tetapi, Industri 4.0 tidak sebatas itu. Sebab, untuk menerapkan industri 4,0 maka harus berbicara tetang connectivity baik horizontal maupun vertical.

’’Jadi jika berbicara sejujurnya untuk industri keramik saat ini baru tahap persiapan untuk menghadapi Industri 4.0, itu saya jawab dengan sejujurnya,’’  kata Eddy.

Dia menilai, jika sistem industri 4.0 diterapkan, maka dibutuhkan perubahan mendasar pada fasilitas produksi.  Sehingga, jika ini ditransformasikan ke dalam industri 4.0 perlu investasi sangat besar.

‘’Nah di sinilah peran pemerintah, termasuk di dalamnya menyelenggarakan pertemuan ini supaya kita bisa mengetahui dan memotret kududukan industri di Indonesia,’’tutur Eddy.

Sementara itu Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengamanan (AKLP) Yustinus Gunawan mengaku, pada industri kaca kondisinya tidak jauh berbeda.

Menurutnya, penerapan industri 4.0 bukan merupakan bentuk pengurangan tenaga pekerja. Akan tetapi, industri 4.0 memiliki tujuan untuk peningkatan productivity para pekerja itu sendiri.

‘’Jadi contohnya dari yang sifatnya hanya operasional kita bisa memanfaatkan pekerja untuk lebih strategic,’’ucapnya.

Untuk itu dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) kalangan industri membutuhkan link and match dengan dunia pendidikan khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

‘’Jadi ketika industri membutuhkan tenaga kerja maka sudah tersedia dan mereka harus mengusai sistem industri4.0. Ini kan sudah diterapkan dinegara-negara eropa SDM mereka sudah siap untuk itu,’’tutup Yustinus. (yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan