Sesepuh Kampung Adat Cireundeu Sayangkan Wisatawan Tak Diarahkan Masuk Perkampungan

CIMAHI – Sesepuh Kampung Adat Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, menyayangkan tidak ada upaya dari Pemerintah Kota Cimahi yang mengarahkan penumpang Bus Sakoci untuk turun dan masuk ke wilayah kampung adat.

Seperti diketahui, hampir setahun berjalan, hingga saat ini Bus Sakoci yang berangkat dari Alun-alun Cimahi ke Cireundeu, hanya sampai ke lahan kosong bekas lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah.

Ais Pangampih Kampung Adat Cireundeu, Abah Widi mengatakan, pihaknya berharap Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) mendorong perkembangan wisata di Cireundeu.

”Sampai saat ini Sakoci hanya sampai atas, penumpangnya engga turun ke wilayah Kampung Adat Cireundeu. Padahal keinginan warga itu bisa turun dulu, belanja atau sekadar jalan-jalan,” kata Abah Widi saat ditemui, Senin (28/10).

Bila penumpang Bus Sakoci bisa turun dan berwisata ke kawasan kampung adat, lanjutnya, ada beberapa pilihan wisata yang bisa ditawarkan, seperti wisata kesenian, wisata alam, dan wisata belanja.

”Jadi biar mereka tahu sendiri Kampung Adat Cireundeu itu seperti apa. Ada banyak yang bisa dinikmati disini, tapi sampai sekarang yang datang kebanyakan mahasiswa penelitian, sehari bisa 150 orang,” tuturnya.

Menurutnya, janji pemerintah untuk membuatkan home stay di kawasan kampung adat pun hingga saat ini belum menunjukkan bakal direalisasikan.

”Untuk yang nginep jarang, paling yang penelitian. Kita manfaatkan rumah-rumah warga sebagai home staynya. Harusnya ada komunikasi lagi antara pemerintah dengan warga adat soal penataan wisata di Cireundeu,” tegasnya.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi, Budi Raharja, mengakui jika penumpang Bus Sakoci hanya singgah sejenak di Cireundeu tanpa masuk ke kawasan kampung adat.

”Karena durasi perjalanannya terbatas, banyak penumpang yang nunggu lagi di Alun-alun. Kalau turun dulu kasihan lama nunggunya. Masalahnya unit Sakocinya hanya satu,” katanya.

Soal penataan, Budi juga mengatakan warga Kampung Adat Cireundeu belum siap menggelar penampilan kesenian setiap hari lantaran keterbatasan SDM.

”Banyak yang kerja juga, bahkan saat ini engga setiap minggu ada kesenian di Cireundeu. Masih di waktu-waktu tertentu saja, sudah ditawarkan tapi merekanya sendiri yang belum siap,” tandasnya.(bbs/ziz)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan