Satu Cagar Budaya Didorong Agar Diakui UNESCO

BANDUNG – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung mendorong salah satu cagar budaya di Kota Bandung agar diakui oleh United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari mengatakan, saat ini Kota Bandung memiliki bangunan heritage yang cukup representatif. Apalagi, saat ini diperkuat dengan merevisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 tahun 2018 tentang Pengelolaan Cagar Budaya untuk mendukung langkah konkret tersebut.

“Kota Bandung sudah banyak instrumen, instrumen juga sudah mendukung, tinggal yaitu kesadaran dan edukasi masyarakat harus digerakkan,” katanya di Balai Kota kemarin (23/8).

Untuk merespon itu, Disbudpar telah memiliki Kelompok Penggerak Pariwisata di setiap kecamatan. Mereka diberikan wewenang untuk menggali potensi wisata masing-masing daerah sekaligus diperkuat Peraturan Wali Kota Bandung.

Kenny menambahkan, untuk saat ini fokus pada Community Based Tourism (CBT) terlebih dulu. Sebagai, CBT itu sudah mencakup semua komponen.

“Jadi apa yang dilakukan CBT adalah membuat bentuk industri pariwisata berusaha untuk dan memastikan bahwa masyarakat dapat mengelola dan mencapai pariwisata, dan tujuannya mengenai kesejahteraan, ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat,” terangnya.

Berdasaran ketentuan UNIESCO ada beberapa hal yang harus dipenuhi. Dia menilai Kota Bandung heritage juga sudah ada, cagar budaya itu mencakup situs gedung kawasan dan struktur.

“Kalau pendapat pribadi saya, gedung Merdeka, memiliki nilai historis luar biasa, terlebih Kota Bandung sangat berpengaruh bagi kemerdekaan negara-negara di Asia Afrika, saya juga berharap dorongan ini harus dari semua pihak, harapannya di tahun 2023 sudah goal,” cetusnya.

Dinas Pariwisata sendiri sejauh ini cukup memberikan pengaruh besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung, sumber pendapatan tersebut dari hasil operasional hotel dan cafe resto di Kota Bandung.

“Untuk mendukung itu pihaknya pun setiap even semua harus diukur sebagai misalkan AAF kemarin, semua diperhitungkan tamunya harus ada berapa, ketersedian tempat penginapan harus ada, jadi sirkulasi keuangan juga jelas,” tandasnya. (mg2/drx)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan