Rumah Sial

MISALKAN ada orang mati di rumah Anda. Lalu Anda mau jual rumah Anda. Haruskah Anda beritahu kejadian itu kepada calon pembeli?

Tapi yang mati kali ini tokoh gangster dunia. Diberondong tembakan di depan pintu gerbang rumahnya. Yang luasnya hampir 1 hektar. Seharga sekitar Rp 150 miliar. Di Vancouver, Kanada.

Pembeli rumah itu menggugat ke pengadilan. Untuk mendapatkan uang muka yang pernah dibayarkan. Sebesar Rp 3 miliar.

Itu terjadi tahun 2009. Saat harga rumah itu masih sekitar Rp 60 miliar. Pembeli tidak curiga mengapa harga rumah itu bisa murah. Tidak tahu lantaran ada misteri yang menakutkan di situ.

Waktu itu si penjual hanya beralasan anak wanitanya harus pindah sekolah. Dari sekolah elit The West Point Grey Academy. Nama anak itu Samantha. Umur 10 tahun.

Anak inilah yang menelepon 911. Agar polisi segera datang ke Carter Street 3899. Saat ayahnya diberondong tem­bakan di depan gerbang rumah. Sabtu malam Minggu. Tanggal 3 Nopember 1997.

Polisi segera tiba di lokasi. Tapi yang diberondong tem­bakan sudah tewas. Bukan orang sembarangan. Ia adalah ketua gangster terkemuka dunia. Namanya Raymond Huang. Dari kelompok Big Circle Boys Gang.

Seminggu penuh kota Van­couver tegang setelah itu. Sering ada penembakan. Mungkin balas-membalas. Antar gang. Menjadi headline surat kabar berhari-hari. Enam orang lain tewas setelah itu.

Pihak sekolah tidak mau ikut jadi arena keributan. Saman­tha diminta dipindah ke seko­lah lain. Sang ibu, Yuan Gui Ying, juga melarang anaknya ke sekolah.

Sejak penembakan, rumah No 3899 itu kosong. Bertahun-tahun. Orang sudah mulai lupa yang pernah terjadi.

Lalu dijual. Yang membeli tidak tahu bahwa itu rumah sial. Setidaknya menurut ke­percayaan pribadinya.

Dengan alasan sial itulah pembeli minta uang mukanya kembali. Transaksi dibatalkan.

Selasa kemarin pengadilan di sana menjatuhkan vonis: hakim tidak boleh membuat putusan berdasarkan stereo­tip kultur. Artinya: kesialan rumah tidak bisa dipakai ala­san pembatalan transaksi. Memang, orang Tionghoa atau orang Surabaya atau yang lain percaya: jangan beli rumah yang di rumah itu pernah terjadi pembunuhan. Tapi hakim tidak boleh menjadikan itu pertimbangan hukum.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan